Kamakura Trip #2: Hōkoku-ji Temple (a Bamboo Forest)

Hai… Hai…! Lama ya gak update postingan jalan-jalan Jepang, padahal list judul postingan masih panjang antriannya, hihihi masih lumayan banyak yang mau dan belum sempat di-share 😈 Oke, kali ini saya mau cerita salah satu objek wisata yang terletak di daerah Kamakura: Kuil Hōkoku-ji.

IMG_7669

Hōkoku-ji Temple, Kamakura – Kanagawa Perfecture, Japan

IMG_7667

Jepang dan kuil juga merupakan salah satu yang gak bisa terpisahkan sih. Tapi di postingan kali ini saya gak berencana membahas lebih dalam mengenai kuilnya itu sendiri, silakan googling sendiri yah 😀

Terus kenapa ke sini? Apa menariknya?

Kalau sekedar ke kuil, kami cukup sering hanya untuk foto di depannya. Beberapa kali berkunjung ke tempat wisata, sering kami jumpai kuil di dalam area atau sekitarnya. Misal waktu kami mau ke Museum Ghibli dan lewat Taman Inokashira di Mitaka, atau saat ber-hanami ke Taman Ueno dan Shinjuku Gyoen, atau ketika ke Asakusa mampir Kuil Sensoji, atau niat ke Tokyo Tower malah mampir dulu ke Kuil Zojoji, atau malah kuil-kuil sekitaran apato pun tak jarang kami singgahi sebentar untuk foto pas sekalian lewat. Nah loh, banyak kan? 😈

Jadi jelas bukan karena kuilnya. Alasan utama kami ke Kuil Hōkoku-ji (lebih tepatnya, saya diajak suami) adalah, untuk sedikit mengatasi kekecewaan saya karena saat itu nampaknya kami tidak akan wisata mengunjungi Kyoto dan Osaka! 😥 As you know, salah satu objek wisata favorit dan mainstream yang kayanya kudu banget ke sana kalau udah ke Kyoto dan Osaka adalah Arashiyama Bamboo Forest (Hutan Bambu Arashiyama).

IMG_7622

Hōkoku-ji Bamboo Forest, not Arashiyama

Lha, apa hubungannya kuil sama hutan bambu?

Jadi, supaya gak sedih-sedih amat (hahaha lebay ya, tapi iya loh waktu itu kecewa juga gak berdaya nyempetin mampir Kyoto/Osaka karena pertimbangan ini dan itu, cuma sekarang sih, yawdalayaaa~~~) dicariin lah sama Arki alternatif kalau mau lihat kumpulan pohon bambu di Jepang dimana lagi selain harus ke Arashiyama, Kyoto. Ketemu! Dan gak jauh-jauh, di Perfektur tempat kami tinggal (Kanagawa), ada sebuah daerah yang juga terkenal karena banyak memiliki objek wisata, khususnya objek wisata reliji, yaitu Kamakura. Sebelumnya kami sempat mengunjungi salah satu objek wisata reliji di Kamakura saat sedang Sakura early bloom yaitu The Great Buddha (Daibutsu) Kotoku-in (Kamakura Trip #1) mungkin tertarik berkunjung saat full bloom pasti sangat cantik 🙂

IMG_7655-01

Nah, di Kuil Hōkoku-ji Kamakura, selain dapat melakukan ibadah sembahyang (bagi yang menganut kepercayaanNya tentu), pengunjung juga dapat menikmati keindahan suasana hutan bambu sekaligus menikmati sajian teh hijau (Japan Original Green Tea). Hemm… Baiklah. Karena kesini sebagai alternatif tidak bisa ke Arashiyama, menurut saya cukup lumayan juga hutan bambu yang ada di area kuil. Kenapa lumayan doang? Hahaha ya udah sih pas sampai sana mah ya gitu aja kan hutan bambu mah 😛 Gak terlalu takjub saya-nya 😀 Soalnya, semasa kuliah saya lumayan sering juga tuh praktikum ke area hutan termasuk hutan bambu yang lebih membuat saya terkesan (sekaligus menyeramkan bikin merinding ngerik 😆 ).

IMG_7626-01

Sharing sedikit ya, sepulangnya dari Kuil Hōkoku-ji, saya membagikan cerita dan pengalaman kali itu via media sosial kali itu. Beberapa follower (duile follower gak seberapa juga 😆 ) saya di instagram dan twitter yang sudah pernah berkunjung ke Bambu Arashiyama  berusaha untuk menenangkan saya berkomentar bahwasannya Bambu Arashiyama itu juga biasa aja kok 😆 Jadi overrated karena memang banyak diulas di banyak artikel wisata/jalan-jalan Jepang dan karena menjadi salah satu ‘land mark’ favorit jika berkunjung ke Kyoto aja gitu. Yes, boleh lah komentar-komentar tersebut cukup mengurangi rasa kecewa saya gak mampir ke Kyoto, tapi kan, tapi kan, hahaha semoga jika ada rejeki lanjutan bisa kunjung ke Jepang bisa juga mampir Kyoto dan Osaka deh, amin. 🙂

IMG_7636-01

Lumayan gak perlu jauh-jauh ke Kyoto 😆

Akses menuju kuil ini gak repot kalau, dari apato kami sih 😆 Kami yang tingal di Desa Chogo, dekat saja kalau ke Kamakura, rute-rute yang biasa kami lewati berkereta juga. Turun di Stasiun Kamakura lanjut naik bus, biasanya urusan naik bus itu cukup tricky tapi untuk ke Kuil Hōkoku-ji cukup mudah dan jelas 😀 Jika berminat ke sini, detail moda transportnya silakan cek sendiri di google maps, lengkap! 😉

IMG_7599-01

Main gate, Hōkoku-ji Temple

IMG_7685

Area sekitar menuju hutan bambu (1)

IMG_7676-01

Area sekitar menuju hutan bambu (2)

IMG_7688-01

Selayang pandang

IMG_7604

Ticketing

HTM-nya, terjangkau! Ini penting 😆 Karena kami agak pelit keluar uang kalau cuma mau ‘melihat kuil’ 😛 Ke sini, cuma ¥200/orang (Kata -anak saya, masih gratis). Kalau sekalian mau menikmati teh hijau asli Jepang seperti yang saya sebutkan di awal, harus nambah ¥500 lagi (sekitar 65ribu rupiah). Kami tidak pakai acara minum teh, gak kepengen aja 😛

japan-guide(dot)com

Pendopo area untuk minum teh tijau

IMG_7605-01

RULES!

Di kuil ini, terdapat aturan tertulis bagi para pengunjung. Sebenarnya mungkin hampir di semua kuil di Jepang memiliki aturan serupa ya, hanya saja karena Kuil Hōkoku-ji ini dikelola dan dikembangkan secara komersil jadi merasa perlu menyiapkan peraturan tertulis. Walau menurut saya tingkat kesadaran dan ‘rasa kepemilikian’ wisatawan lokal (nihonjin) di sana sangat tinggi sehingga jarang deh nihonjin yang berlaku semena-mena kalau lagi wisata mah, tapi memang jadi perlu untuk para gaijin (wisatawan non-Jepang) karena pemahaman kultur dan budaya nihonjin dan gaijin kan jelas berbeda.

IMG_7648

Udah jelas tertulis aja, masih ada yang pegang 😆

Areanya tidak terlalu luas. Saat kami berkunjung juga bukan musim liburan, jadi terbilang cukup sepi. Kami tidak terlalu lama menghabiskan waktu di sana, karena… saya sendiri merasa tidak nyaman! 😆 Membaca aturan tertulis di pintu masuk, dan saat berada di dalam kami mendapati sekitar beberapa wisatawan ditegur oleh petugas. Seingat saya wisatawan-wisatawan yang ditegur tersebut ada yang menggunakan selfie-stick (tongsis), ada yang karena pegang-pegang bambu dan patung, dan kedapatan sedang menikmati kudapan (ya gimana mungkin laper kali yaaa 😈 ).

IMG_7620

Kayak foto di studio yaaa 😈 Iya, studio alam 😛

Saya jadi agak canggung apalagi karena bawa anak balita. Suasananya sepi dan tenang sekali, sementara Kata? Cuma bisa tenang kan kalau lagi bobok 😆 Jadi ga enak juga kalau-kalau memang pas kebetulan ada yang sedang beribadah. Areanya yang berbatu dan jarak antara pohon bambu yang rapat bikin saya agak khawatir kalau tangannya Kata usil pegang sana sini walau sudah kami beri pengertian sebelumnya. Jadi lah, ke situ hanya berkelilinga areanya sebentar, ambil foto-foto, duduk sejenak sambil nungguin Kata yang heboh di pinggil kolam ikan. Lalu, selesai.

IMG_7608

Kolam ikan favorit anak-anak 😆

IMG_7644

Ada yang gak mau difoto, maunya lihat ikan 😎

IMG_7609-01

Tebing-tebing tinggi yang mengelilingi hutan bambu (1)

IMG_7610-01

Tebing-tebing tinggi yang mengelilingi hutan bambu (2)

IMG_7611-01

Tebing-tebing tinggi yang mengelilingi hutan bambu (3)

IMG_7627

Hōkoku-ji Bamboo forest area (1)

IMG_7638

Hōkoku-ji Bamboo forest area (2)

IMG_7651

Hōkoku-ji Bamboo forest area (3)

IMG_7612-01

Hōkoku-ji Bamboo forest area (4)

Oiya, kami berkunjung saat summer. Musim panasnya Jepang suhunya luar biasa! Boleh dibilang jauhh lebih panas daripada panasnya Indonesia 😆 Menariknya, meskipun panas udaranya tetap segar dihirup, gak eungap gitu loh, Jepang sangat minim polusi udara.

Jadi, meskipun secara umum menurut saya Kuil Hōkoku-ji ini tempat wisata yang biasa saja (karena hal-hal yang saya ceritakan di atas), tetap ada point menarik yang bisa saya rekomendasikan 😉 Pertama, sebagai alternatif pengganti Arashiyama Bamboo Forest jika sedang ke Jepang tapi hanya di sekitaran area Tokyo saja. Kedua, salah satu opsi wisata outdoor saat musim panas, karena suasananya yang teduh. Ketiga, bagi penggemar Japanese Green Tea menjadi wajib coba menikmati sajian teh hijau di tengah-tengah hutan bambu. Hehehe selamat mencoba! 🙂

IMG_7664-01

Terimakasih sudah membaca, sampai jumpa di postingan selanjutnya! 🙂

Gadjah Mada University Graduation Ceremony – 2019

23 Januari 2019

Kembali mengucap, Alhamdulillah.

Postingan kali ini untuk menggenapi euphoria wisuda yang juga kami rasakan saat Arki mendapatkan gelar master dari Kampus Keio – Jepang.

Dengan telah di-wisuda-nya suami saya dari Kampus UGM, selesai juga tugas belajarnya. Berbekal ilmu dan pengalaman-pengalaman baru serta ‘nama baru’ 😆 Semoga ini bukan menjadi akhir, melainkan awal dari banyak episode baru yang kami harap jauh lebih menyenangkan yang akan saya dan suami saya hadapi ke depannya. Amin.

Selamat kembali ke ‘dunia nyata’ dan selamat melanjutkan karya:

Arki Yudha Arsono, S.Pi., M.M.G., M.URP.

img_2751-01

Tertanda cinta kasih

❤️

Dari istri (dan anak) yang berbangga 🙂

img_2802-01

PS: Gak afdhol dong ya, wisuda kalau gak foto-foto (hahaha tetep). Di bawah ini beberapa foto yang sengaja diambil untuk mengabadikan momen-momen membahagiakan kami. Semoga, kelak, saya menyusul. Amin! 🙂

whatsapp image 2019-01-23 at 7.33.33 am (3)-01

Mama – Kata OOTD dulu 😈

img_2722

Usaha punya foto wisuda bertiga (1)

img_2725

Usaha punya foto wisuda bertiga (2)

img_2726

Usaha punya foto wisuda bertiga (3)

img_2799

Usaha punya foto wisuda bertiga (4) – mamanya ditutupin -__-

img_2798-01

Usaha punya foto wisuda bertiga (5) – Akhirnya!

img_2768-01 (1)

Selamat, Pa! ❤

img_2809-01

Fakultas Teknik UGM

img-20190123-wa0023

Fakultas Teknik, Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, UGM

Alhamdulillah. Alhamdulillah. Alhamdulillah. 🙂

15 Bangunan Unik Karya Arsitektur Terbaik di Tokyo dan Sekitarnya

Happy New Year 2019!! 

First blog post in 2019 😛 Doa untuk keberlangsungan blog ini: Semoga tahun ini tetap konsisten nulis di blog. Amin 😀

Mengawali tulisan untuk tahun ini, masih tentang Jepang. Hehehe monmaap masih punya stok cerita jalan-jalan di Jepang bunyaaakk banget 😆 Salah satu cara saya untuk selalu menikmati kembali momen jalan-jalan/pengalaman tak terlupakan sekaligus me time for killing and self-healing time ya dengan mengabadikannya dalam bentuk tulisan gini. Jadi, selamat membacaaa 🙂

Kali ini agak berbeda dari beberapa post sebelumnya, dari judulnya udah ketebak dong ya. Saya ikutan bikin daftar bangunan unik menurut dunia per-arsitektur-an yang dimiliki Jepang khususnya yang berada di Tokyo area, tentunya yang sudah saya kunjungi dan lihat dengan mata kepala sendiri 😉 Latar belakangnya, jelas, nyerempet-nyerempet sedikit lah sama kuliahnya suami, karena linkage pascasarjana UGM-nya di bawah Fakultas Arsitektur 🙄

Heitss… Waktu jalan-jalan sih saya gak terlalu peduli ini bangunan apa, tempat ini buat apa dll. Intinya satu, bahagia berwisata ria :mrgreen: Baru setelah sampai lokasi sering terpesona, takjub, sampai melongo juga lihat bangunan-bangunannya. Tapi kadang ada juga yang udah kelelahan — karena kami seringnya one day trip tidak hanya ke satu lokasi — pas sampai lokasi gemes sendiri lalu mbatin “hadeeehh ngapain sih ke sini, gak jelas banget, capek, buang waktu”. Namun sekarang, setelah di Jogja, saya sempat browsing semua nama-nama bangunan unik yang kami (Arki ngebet banget) kunjungi. Dan ternyata, 15 bangunan yang saya jabarkan di bawah ini masuk dalam daftar bangunan unik terkenal karya arsitek-arsitek terbaik, bahkan beberapa jadi ‘mimpi’ sebagian besar arsitek!

Waduh! Malah jadi bersyukur banget saya 🙂 Gak jadi nyesel udah capek-capek diajak keliling Tokyo, walau kaki gempor kebanyakan jalan kaki dalam satu rute, hahaha. So, ini dia…

15 Bangunan Unik Karya Arsitektur Terbaik di Tokyo dan Sekitarnya

1. THE NATIONAL ART CENTER

IMG_6393-01

The National Art Centre, Tokyo Roppongi. Arsitek: Kisho Kurokawa

Sekali waktu ke daerah Roppongi, saya sempatkan mampir ke sini. Arki sudah lebih dulu beberapa kali ke museum ini saat kami masih LDR-an, dan karenanya, sebenarnya dia gak tertarik banget sih ngajak saya ke sini. Biasa aja menurut dia. Tapi karena saya pernah lihat foto-foto dia sebelumnya dan kok bangunannya terlihat keren, kan kepengen juga 😆

IMG_6409-01

Ternyata, museum ini cukup sering masuk daftar bangunan unik karya arsitektur terbaik Jepang di beberapa artikel yang saya baca. Hihihi untunglah menyempatkan mampir walau saya inget betul saat saya ajak ke sana Arki gak ambisius sama sekali 😆

IMG_6411-01

Museum ini memang tidak memiliki koleksi khusus yang permanen, biasanya ada beberapa pameran kecil/sampingan yang berlangsung pada waktu-waktu tertentu. Seperti kali itu, saat berkunjung sedang ada “Pameran Louvre”. Nah, saya juga tidak tahu sih itu pameran apa, hahaha kami gak beli tiket pamerannya, kurang minat 😛 Saya sudah cukup puas foto dengan back drop pamerannya saja, dan beberapa foto-foto di sekitar bangunan.

img_6387-01

Louvre! 😆

img_6389-01

2. TOKYO TOWER

Terlihat seperti menara pemancar gelombang biasa saja. Banyak yang nyeletuk, menara ‘sutet’ aja kalau di Tokyo terkenal bener ya? Iya ya, dilihat-lihat emang mirip menara sutet karena warnanya yang merah-oranye gitu. Ah tapi tetap saja, bisa berpose foto dengan Menara Tokyo di belakangnya menjadi suatu kebanggan dan salah satu yang paling diburu kalau ke Tokyo. Bener, gak? 😛

IMG_6432-01

Tokyo Tower, Tokyo Minato. Arsitek: Tachu Naito

Tokyo Tower awalnya dibangun untuk keperluan siaran. Desainnya terinspirasi oleh Menara Eiffel di Paris, makanya sering juga disebut Eiffel from Japan 😀 Yaa… gapapa belum berkesempatan ke Eiffel Paris, ke sini dulu juga udah rejeki kan! 😉 Kami ke sini di hari yang sama saat kami menunjungi The National Art Center di Roppongi. Gak deket-deket amat, masih harus jalan kaki sekitar 2.2 km!!

IMG_6665-01

Best spot for taking photos with Tokyo Tower menurut saya Arki adalah dari tempat kami berfoto ini, yaitu di area halaman roof top The Prince Hotel Tokyo. Bagaimana untuk sampai sana? Harus masuk hotel dulu? Ya ini bisa juga. Tapi kami masuk dari area lain, duh saya gak paham juga sih ya, pokoknya Arki waktu itu lihat google maps dan sampai deh kami di sini. Hehehe tanya-tanya aja deh kalau sudah sampai sana 😉

IMG_6652-01

Buat yang pengen romantis-romantisan, disaranin banget ke sini pas malam hari ❤ Duilee kalau kami mah, bisa foto pas sore-sore gini aja udah bersyukur banget, jelang maghrib udah kudu ngejar kereta balik biar sampai Fujisawa gak kemalaman. Yes, travel with toddler, ya gitu deee 😆 Pemandangan Tokyo Tower di malam hari (katanya) luar biasa menakjubkan, lampu menyala dengan sorot cahaya warna merah oranye bikin (katanya) gak kalah sama malamnya di sekitar Eiffel Paris. Katanya loh yaa… 😈

Nah, one day trip kami hari itu kami berkunjung ke Roppongi, sekitar Tokyo Tower (masuk ke dalamnya juga), dan zojoji temple. Ini kapan-kapan saya share juga tulisannya yaaa 😉

3. NAKAGIN CAPSULE TOWER

Waktu kesini, mood saya sudah jelek banget. Pas sampai lokasi, udah sore plus capek. Paginya kami habis dari Odaiba (Liberty Statue, Gundam Unicorn, dan Miraikan Museum). Di Miraikan Museum Kata rewel banget, begitu keluar museum masih melakukan perjalanan agak jauh menuju ke Stasiun Shimbashi – stasiun terdekat dengan Nakagin Capsule Tower ini.

Oiya, untuk cerita One day trip kami di Odaiba sudah saya sempat share di: Odaiba? Miraikan Museum, boleh dicoba! 😉

IMG_5888-01

Ini dia yang saya sampaikan di intro tadi, salah satu bangunan yang ketika saya sampai langsung mbatin “Hadeeehh ngapain sih ke sini, gak jelas banget, capek!”. Gak banyak foto-foto kami di sana, hanya sekedar berfoto di depannya saja, karena saya sudah gak mood, pun Kata.

IMG_5904-01

Gak mood, tapi kalau difoto tetap harus, SMILEEE! 😎

Tapi, karena saya mau membuat postingan ini, saya jadi merasa perlu browsing dulu tentang Nakagin Capsule Tower, dan… Jeng… Jeng…!! 5 dari 8 artikel yang saya baca terkait bangunan berarsitektur unik di Jepang, menyebutkan Nakagin Capsule Tower sebagai salah satu bangunan terunik di Jepang! Hahaha seketika merasa beruntung sempat mampir ke sini 😛

IMG_5890-01

Nakagin Capsule Tower, Tokyo Shimbashi. Arsitek: Kisho Kurokawa

Oke, sedikit saya rangkum dari hasil baca-baca saya tentang bangunan ini ya. Nakagin Capsule Tower awalnya dibuat sebagai bangunan perumahan/perkantoran yang dibuat secara eksentrik. Tampilannya dari luar terlihat seperti mesin cuci (yang ternyata merupakan ikon dari gerakan metabolist pasca perang Jepang). Setiap ruangan yang dirancang mirip “kapsul” dengan luas 10 meter persegi ini mampu menampung 1 unit kamar tidur, kamar mandi, ruang kerja dan dapur kecil. Total ada 140 kapsul dan diharapkan dapat diganti setiap 25 tahun (meski nyatanya hingga saat ini belum ada penggantian sama sekali).

IMG_5896-01

Dari total 140 kapsul yang ada, hanya sekitar 30 kapsul yang masih beroperasional  sebagai apartemen perumahaan. Kondisi terkini sangat memprihatinkan, selama beberapa dekade, pemeliharaannya-pun diabaikan. Saat ini, masa depan Nakagin Capsule Tower terlihat sangat tidak pasti. Manajemen gedung berniat merobohkan dan menggantinya dengan membangun kompleks perumahan mewah, namun belum mendapat persetujuan (setidaknya harus 80%) dari para pemilik kapsul.

Nah makanya, kalau sedang berada di sekitaran Odaiba, boleh sempatkan mampir. Lihat selagi bisa! 😉

4. TOKYO STATION

IMG_9885

Tokyo Station, Tokyo Chiyoda. Arsitek: Tatsuno Kingo

Jangan lewatkan kesempatan berfoto di depan salah satu most famous landmark-nya Jepang ini. Saya sendiri entah berapa kali naik turun kereta atau bahkan sekedar melewati rute stasiun ini, sementara hanya menyempatkan waktu 1 kali saja untuk berfoto dan bersantai di area persis depan bangunan Stasiun Tokyo. Iya, memang harus diniatkan dan terencana. Berkali-kali kami melewati stasiun ini tidak lantas selalu sempat keluar stasiunnya.

IMG_9926

Ramai, tapi tetap kondusif 😆

IMG_9939

Stasiun Tokyo adalah stasiun kereta api dengan jumlah rute dan moda kereta terbanyak sekaligus menjadi stasiun tersibuk di Jepang dibandingkan stasiun manapun. Di sini, waktu menjadi amat sangat berharga, semua terlihat terburu-buru. Tapi tenang, sekalipun padat, area ini tetap sangat touristy sehingga tidak mengurangi kesan berwisatanya 😉

IMG_9961

Oiya, saat itu, keluar dari Stasiun Tokyo, selain untuk berfoto di sini, kami melanjutkan wisata ke Imperial Palace (Istana Kaisar) dan National Museum of Modern Art (MOMAT). Cerita jalan-jalan kami ke dua lokasi ini nanti saya sempatkan share di postingan lain ya 🙂

IMG_9911

5. TOKYO SKYTREE

Nah, mulai dari no.5 ini sampai bangunan unik no.8 saya kunjungi dalam satu hari! Iya, sampai 4 tempat karena masih satu area, sekitaran Tokyo Sumida dan Asakusa. Sebenarnya malah 6 tempat, 2 tempat lainnya yang juga dikunjungi adalah kuil sederhana tapi tidak termasuk dalam deretan bangunan unik. Hehehe. Nanti saya share pengalaman Asakusa One Day Trip di postingan lain ya, semoga sempat 🙂

IMG_0654-01

Tokyo Skytree, Tokyo Sumida. Arsitek: Nikken Sekkei

Tokyo Skytree diklaim sebagai bangunan tertinggi di Jepang karena mencapai 634 meter. Desain pembuatannya terinpirasi dari bentuk arsitektur pagoda-pagoda di Jepang, dimana struktur bangunannya dibuat tahan terhadap gempa bumi.

IMG_20180907_102300_HDR-01

Someone was sleepy, huh? 😛

IMG_20180907_102936_HDR-01

Otw, Sumida River

Terbuka untuk umum, untuk naik ke menara dikenakan biaya kurang lebih ¥2000 (area observasi) atau sekitar 280ribu rupiah/orang (weehh mahal 😛 ). Sementara untuk masuk galerinya sekitar ¥1000 / 140ribu rupiah. Kami gak masuk keduanya 😆

IMG_0445-01

Sebenarnya banyak spot untuk mendapatkan foto-foto kece Tokyo Skytree, salah satunya berdasarkan hasil baca-baca review banyak yang menyarankan foto diambil dari area Sungai Sumida. Dan iya, bener sih fotonya bagus-bagus :’)

IMG_0437-01

Tokyo Skytree from Sumida River

Apalagi, Sumida River ini juga sangat terkenal manakala musim semi saat bunga sakura sedang mekar sempurna (full bloom). Sekali kunjung, bisa menikmati banyak keindahan! ❤

IMG_0434-01

Another photo with Tokyo Landmark, checked!

6. ASAKUSA KANNON TEMPLE (SENSOJI)

Setelah puas main-main di sekitaran Sumida River (dan foto-foto dengan Skytree tentunya 😛 ) kami melanjutkan perjalanan jalan kaki menuju Kuil Sensoji, cukup dekat kok. Ke sini, sebenarnya Arki agak males. Soalnya kuil ini gak pernah sepi! Ya jelas kalau di jam-jam aktif turis pasti ramai. Seingat saya padahal hari itu Jum’at, dan tidak ada special calendar/event apapun, cuma ya emang ramai aja.

IMG_0496-01

Asakuka Kannon Temple (Sensoji), kuil yang pada tahun 2017 dinobatkan sebagai bangunan paling menakjubkan di Jepang ini menjadi salah satu kuil terpadat sepanjang tahun. Alih-alih sebagai tempat peribadatan atau penghormatan spiritual yang tenang kayanya malah berubah jadi tempat wisata 😀 Di area kuil in pun berjajar banyak sekali toko-toko kecil menjual suvenir khas Jepang. Masuk ke kuil ini gratis.

IMG_0491-01

Sensoji Temple, Tokyo Asakusa. (Japanese Buddhist Architecture)

Pagoda 5 lantai yang ada di area ini juga sangat menakjubkan. Sayangnya pas kami kesana pas ramaaiii banget! Sekitar jam 12 siang, tau deh kenapa, mungkin memang jam kunjungan tertinggi ya. Mau foto di depannya jadi mager, akhirnya agak melipir dikit nyari yang sepi, yang penting pagoda-nya masih kelihatan 😆

IMG_20180907_114423_HDR-01

Pagoda 5 lantai Kuil Sensoji (di belakangnya) 😀

7. EDO-TOKYO MUSEUM

Masih dalam rangkaian Asakusa One Day Trip, setelah dari Kuil Sensoji kami menuju Museum Edo-Tokyo. Seingat saya harus naik bus, kalau mau ke sini browsing sendiri rute transportnya ya. 😀

IMG_0533

Edo-Tokyo Museum, Tokyo Sumida. Arsitek: Kiyonori Kikutake

Nanya Arki, kenapa tertarik ke sini, dia juga cuma kepengen aja karena pas lagi lihat rute di google maps malam sebelum kami jalan-jalan menurutnya bangunan museum ini cukup menarik perhatian. Udah gitu aja. 😆 Ketika sampai, ya lumayan lah, saya cukup terkesima karena bangunan museum ini besar dan terkesan kokoh. Arki bilang malah menyerupai robot raksasa 😐 Gak taunya belakangan saya baru ngeh kalau museum yang kami kunjungi ini masuk dalam daftar salah satu bangunan terunik di area Tokyo!

IMG_0521

Ya udah, yang penting foto dulu aja 😀

8. SUMIDA HOKUSAI MUSEUM

Bener-bener sehari di Asakusa cuma untuk foto di depan bangunan-bangunan unik doang! Hahaha. Salah satu bangunan unik karya arsitektur terbaik Jepang yang juga kami kunjungi hari itu adalah Sumida Hokusai Museum.

IMG_0577

Sumida Hokusai Museum, Tokyo Sumida. Arsitek: Kazuyo Sejima

Melihat museum ini, kesannya beda lagi. Pas sampai, hati langsung ‘meleleh’ (haha lebay ya) 😈 Dari perjalanan seharian itu, saya paling terkesan dengan bangunan ini. Menurut opini awam saya, intinya BAGUS. ‘Meleleh’ karena ternyata persis di depannya ada taman bermain umum. Di Jepang memang buanyak sekali taman bermain umum, tapi tidak untuk museum dengan gaya artistik seperti ini, menyediakan taman bermain di depannya justru menjadi daya tarik sendiri (khususnya buat emak-emak macam saya 😆 ).

IMG_20180907_142707_HDR-01

Bahagia! ❤

IMG_0558.JPG

Lagi-lagi, kami gak masuk museum. Hanya bermain-main saja di depannya, Kata jelas betah banget. Hehehe. Sedikit informasi dari beberapa artikel yang saya baca, kalau museum ini dikhususkan untuk memamerkan karya-karya Katsushika Hokusai, artis ukiyoe paling terkenal di Jepang. Museum berlantai lima ini dilapisi aluminium dan dilengkapi dengan keberadaan terowongan kaca. Apa saja yang ada di dalam museum? Nah untuk info ini, browsing sendiri aja yaa… karena kami tidak masuk, jadi ga ada pengalaman juga. Selain itu, kayanya banyak jenis pameran tematik yang ditampilkan oleh museum sesuai timeline tertentu.

img_0584-01

9. PRADA AOYAMA

IMG_0322

Prada Aoyama, Tokyo Minato. Arsitek: Herzog dan DeMeuron

“Lha Ay, ngopo arep ke Prada, ki? Tuku tas, po?” Tanya saya ke Arki sambil terkekeh-kekeh. Maklum, kami belum termasuk Crazy Rich Manusian untuk mampu beli tas sekelas Prada orisinal wakakakak 😆 “Mung arep ndelok, foto, wis” – jawab Arki singkat. Kembali karena bangunan ini cukup unik dan terkenal dari sisi arsitektur, Arki menyelipkan rencana kunjungan ke sini sekali waktu kami berada di sekitar Tokyo Minato dan Shibuya.

IMG_0342

Pas lihat gedungnya, yaiya sih emang, keren. Kesan mewahnya dari luar udah dapet. Saya mau masuk ke dalam tokonya aja ngeri sendiri, takut pingsan ngeliat price tag-nya, haha! 😎 Toko Prada Aoyama ini dibangun tahun 2003, dengan dasar konstruksi berbentuk panel kaca menyerupai berlian dengan dominasi warna hijau menjadikannya daya pikat tersendiri. Sementara toko-toko lain di sekitarnya mencoba fokus pada desain interior yang mencengangkan, berbeda dengan Prada, dari luar sudah dibuat kesan halus, tegas dan bersahaja (baca di wikipedia 😛 ).

IMG_0341

Gakpapa lah ya ga nyempetin masuk ke tokonya hahaha kita foto-foto di depannya aja 😈 Mana tau di masa mendatang bukan sekedar lewat depan gedungnya, tapi bisa melenggang cantik masuk ke toko dan belanja tanpa mikirin price tag, mohon doanya pemirsah! 😛

IMG_0335

The devil wears Prada Onitsuka 😎

10. 21_21 DESIGN SIGHT

IMG_0350

21_21 Design Sight, Tokyo Minato. Arsitek: Tadao Ando

Awalnya menurut saya bangunan ini biasa saja. Hemm… kalau saya identifikasi, beberapa bangunan yang sebenarnya unik namun tidak membuat saya terkesan saat mengunjunginya adalah karena… pas tiba di lokasi saya udah keburu capek! Hahaha 😆 Ini adalah lokasi tujuan terakhir di trip hari itu. Sudah menuju sore, sebelumnya thawaf di sekitaran Shibuya Crossing, ngunjungin: Myth of Tomorrow, lanjut ke Prada Aoyama dan akhirnya ke sini.

IMG_0364

Dan seringnya begitu, yang awalnya biasa saja, begitu memori sudah lama lewat, dilihat-lihat lagi fotonya, eh! iya ternyata keren dan unik ya bangunannya 😈 21_21 Design Sight ini adalah museum desain pertama di Jepang, terdiri dari dua serpihan beton tipis berbentuk segitiga terbalik. Dua bangunan yang nampaknya terpisah tersebut sebenarnya terintegrasi, masing-masing ada fungsinya sendiri. Kami tidak menyempatkan untuk masuk ke main exhibition-nya karena bayar (seneng yang gratisan aja kita! 😛 ). Sisi satunya open for public and free.

IMG_0356

Klaimnya, museum yang ‘disutradarai’ oleh tiga desainer paling terkenal di Jepang (Issey Miyake, Taku Satoh, dan Naoto Fukusawa) ini menghadirkan contoh paling artistik dari seni desain internasional, mulai dari kursi klasik resin Shiro Kuramata “Miss Blanche” hingga gambar monumen publik Christo. Woyyy… Ini saya gak paham ya maksudnya (saya rangkum saja hasil baca artikel) 😆

IMG_0381

11. TOKYO METROPOLITAN GOVERNMENT BUILDING

Apa menariknya sih ini? Sekilas memang biasa saja gedungnya. Kalau Malaysia punya Menara Petronas, Tokyo Metropolian Government Building bisa dibilang mirip lah, sama-sama punya ‘kembaran’ 😛

16797848464_c88e450fe4_o.jpg

Tokyo Metropolitan Government Building. Picture source: archdaily.com

Penampakan dari luar kalau malam seperti foto di atas ini. Wuih, keren juga ya kalau malam. Kebetulan kami berkesempatan ke sana di waktu siang hari 🙂 Karena tidak punya koleksi foto waktu malam, saya ambil dari sumber lain ya. Oiya, hampir semua foto di blog saya adalah koleksi foto-foto yang langsung diambil dari kamera Arki, untuk yang bukan saya selalu menyamtumkan sumber foto 😉

IMG_9152.JPG

Tokyo Metropolitan Government Building, Tokyo Shinjuku. Arsitek: Kenzo Tange

Seperti namanya, fungsi utama gedung ini adalah sebagai salah satu pusat pemerintahan Tokyo. Namun ada fungsi lain yang sangat menguntungkan para wisatawan, yaitu gedung ini menyediakan ruang observasi gratis! Bangunan setinggi 243 meter ini memiliki dua menara dimana pada masing-masing menaranya terdapat ruang observasi pada ketinggian 202 meter. Seingat saya waktu itu kami naik lift dan berhenti di lantai 45.

IMG_9187

Can you spot Tokyo Tower?

IMG_9177

Observation people 😆

Untuk kunjungan siang hari, jika beruntung karena kondisi cuaca yang cerah, beberapa land mark terkenal dapat dilihat dari observatorium seperti Gunung Fuji, Tokyo Skytree, Tokyo Tower dan lainnya. Sayang saat itu sepertinya langit sedang banyak sekali awan, kecuali Gunung Fuji, land mark lainnya benar terlihat jelas dari lantai 45.

IMG_9189

Setiap observatorium dilengkapi dengan kafe dan toko suvenir. Walaupun hari itu tidak terlalu beruntung karena tidak jumpa dengan Fuji-san — heiyy tapi ternyata saya berkesempatan ketemu langsung dengan Fuji-san di hari ulang tahun saya! — tapi, toko suvenirnya sedang mengadakan sale besar-besar-an, hahaha Alhamdulillah hasrat ingin belanja hemat tersalurkan 😎

IMG_9213

Selain observatorium, area lain dari gedung ini yang juga terbuka untuk umum dan tidak kalah bagusnya. Huhuhu saya sampai gak henti-henti ngomong ke Arki “Duh, bagus amat, ya?” Norak, tapi gapapa 😆 Katanya pemandangan dari observatorium di malam hari lebih mengagumkan, sisi observatorium utara tetap buka di malam hari. Gedung ini terletak di sekitaran Tokyo Shinjuku, biar wisatanya gak cuma belanja di Shinjuku, mampir-mampir sini lah 😉

img_9143

Kayaknya kalau ngantor di sini, bikin betah gak sih? Bagus amat.

img_9149

12. TOKYU PLAZA OMOTESANDO

IMG_6236-01

Tokyu Plaza Omotesando, Tokyo Harajuku. Arsitek: Hiroshi Nakamura

Di Jepang, nama Tokyu Plaza sudah tidak asing lagi. Pusat perbelanjaan terkenal ini tidak hanya ada satu, setidaknya ada 7 mall tersebar di area Tokyo. Paling menarik perhatian memang Tokyu Plaza Omotesando Harajuku dan Tokyu Plaza Ginza.

IMG_6277-01

Daerah Omotesando memang tergolong daerah trendi di Tokyo dimana setiap harinya mampu menarik ratusan pengunjung/wisatawan. Shopping center dengan banyak sekali toko dan bangunan bergaya arsitektur modern mudah dijumpai di sini. Tokyu Plaza sendiri, sudah menarik perhatian bahkan hanya dengan melihatnya sekilas. Sejak pintu masuknya saja, Tokyu Plaza Omotesando mampu membuat pengunjung berdecak kagum 🙂 Menaiki tangga eskalator, pengunjung seperti dibawa memasuki dunia cermin yang membingungkan. Dinding yang dipenuhi cermin hampir di setiap sisi dan sudutnya tidak akan ditemui di tempat lain 😉

IMG_6230-01

Sekali waktu jika berjalan-jalan atau berbelanja di daerah Omotesando, sempatkan mampir ke sini ya 😉 Sementara Tokyu Plaza Ginza, seluruh bangunannya terbuat dari kaca. Sepertinya tidak kalah menakjubkan dengan Omotesando, hanya saja kami tidak berkesempatan mengunjungi Tokyu Plaza Ginza.

13. THE NATIONAL MUSEUM OF WESTERN ART

IMG_20180722_164845_HDR

The National Museum of Western Art, Tokyo Ueno. Arsitek: Le Corbusier

Terletak di area Ueno, saya yakin turis yang berencana visit Japan dan ke Tokyo, pasti setidaknya familiar lah dengan nama daerah ini. Tak jarang masuk dalam daftar daerah yang harus dikunjungi. Tapi, saya tidak yakin banyak yang punya ketertarikan khusus untuk berkunjung ke museum ini, apalagi tipikal emak-emak macam saya 😆

IMG_6740

Alasan Arki ingin ke sini karena sempat dia dengar dari dosennya saat kuliah, bahwa The National Museum of Western Art adalah satu-satunya bangunan di Jepang yang dirancang oleh arsitek terkenal Prancis yang bernama Le Corbusier. Sejak itu, dia penasaran banget dan akhirnya menjadikan museum ini salah satu tempat wajib kunjung sebelum pulang ke Jogja. Kalau saya sih, yaudah lah ya, namanya diajak jalan mah seneng-seneng aja.

IMG_6718

Yang penting foto 😎 *fokus ke struktur bangungan atau patung Hercules juga bolee 😉

Keunikannya apa? Hasil baca-baca artikel yang saya juga kurang paham, museum ini dibangun dengan struktur beton bertulang tiga (ngerti gak? saya enggak 🙄 ) hahaha. Intinya gitu ya. Le Corbusier memiliki tiga murid Jepang yang juga berkontribusi dalam merealisasikan bangunan museum ini yaitu: Kunio Maekawa, Junzo Sakakura dan Takamasa Yoshizaka.

Museum ini berisi apa saja? Apa saja yang dipamerkan? Nanti saya cerita di postingan berbeda ya, sekalian sharing jalan-jalan kami mengunjungi beberapa museum di Ueno 😉

IMG_6781

Foto-foto di outdoor area juga penting! 😉

14. HOUSE NA (SOU FUJIMOTO ARCHITECTS)

IMG_20180822_132700_HDR-01

House NA, Tokyo Suginami. Arsitek: Sou Fujimoto

Sebenarnya ini rumah biasa. Tapi sekalipun rumah biasa, di Jepang kadang jadi luar biasa. Apalagi ada tambahan konsep unik dan berbeda, buat saya sih ini jadi luar biasa hehehe 😀

IMG_9603-02

Konsep hidup dalam “pohon”

Rumah transparan ini dirancang atas permintaan pasangan muda yang tinggal di lingkungan Tokyo tepatnya daerah Kōenji, Distrik Suginami. Konsep yang diambil berdasarkan keinginan klien adalah hidup di dalam rumah pohon dan menjadi pengembara di rumah mereka sendiri, unik ya? 😉 Rumah ini didominasi oleh kaca.

IMG_20180822_132721-01

Biar sah, foto harus ada modelnya 😆

Eh, saya pernah cerita perjalanan lengkap kunjungan kami ke rumah ini di postingan sebelumnya. Menarik juga untuk dibaca kalau ada rencana berwisata sehari di Kota Kōenji, klik: Sehari di Kota Kōenji ya! 😉

15. ŌSANBASHI PIER

The last but not least, from Yohokama City Bay area: Ōsanbashi Pier ❤

Melipir sedikit dari area Tokyo. Kota Yokohama terletak di selatan Jepang, masuk wilayah administratif Perfektur Kanagawa.

IMG_5359

Ōsanbashi Pier, Yokohama – Kanagawa. Arsitek: Farshid Moussavi dan Alejandro Zaera Polo

Yokohama is my favorite town when lived in Japan! My mind melted, my heart left. Bagus banget, aselik, cantik banget, sumpah 😥 Selama 6 bulan di Jepang, kalau tidak salah kami sudah mengunjungi Kota Yokohama sekitar 4-5 kali dengan berbagai destinasi tujuan wisata. Ini pasti, kapan-kapan saya sharing juga pengalaman jalan-jalannya 🙂 🙂

IMG_5374

Salah satu yang benar-benar masih lekat dalam ingatan saya adalah saat kami berkunjung ke Ōsanbashi Pier. Ōsanbashi Pier adalah dermaga (internasional) penumpang utama di Pelabuhan Yokohama, menjadi pelabuhan tertua di Yokohama karena sudah dibangun sejak antara tahun 1889 – 1896. Sekitar tahun 1994, sebuah kompetisi arsitektur diadakan guna merancang struktur pelabuhan seperti yang terlihat sekarang. Ada sekitar 660 pengajuan desain rancangan pelabuhan, dan dimenangkan oleh tim arsitektur Inggris.

IMG_5314

Konstruksi bangunan terbuat dari dominasi kayu Brasil. Area dek alami, jalur rumput serta atap kayu yang meliuk-liuk merepresentasikan gelombang laut yang mengelilingi dermaga. Struktur rangka bajanya dibangun dengan sistem pelat lipat sehingga memungkinkan tercipta ruangan interior yang besar dan luas. Sementara di bagian interiornya sama sekali tidak dijumpai tangga/eskalator, lift yang tersedia dioperasikan secara hidrolik untuk menghilangkan kebutuhan ruang bagi konstruksi berat di atap. Hal-hal tersebut menjadikan Ōsanbashi Pier terasa lebih seperti natural features of the landscape (lanksap alami) daripada man-made building (buatan manusia).

IMG_5364

Jika sudah sampai di Kota Yokohama, kok menurut saya sepertinya belum sah deh kalau belum menginjakkan kaki di Ōsanbashi Pier. Sekali laju, banyak sekali keindahan yang bisa kita rasakan dan nikmati, tak terkecuali pemandangan yang super indah dari sajian area Minato Mirai yang terkenal itu 😉

IMG_5331

Couldn’t ask for more ❤

Selesai! Terimakasih sudah membaca sampai sini ya 🙂 🙂

Alhamdulillah saya sendiri gak nyangka dan bersyukur banget, dengan segala keterbatasan waktu/tenaga/biaya (yang mungkin bisa dibilang rejeki yang serba cukup) selama tinggal 6 bulan di Jepang sempat mampir ke 15 bangunan unik di atas meskipun hanya sekedar untuk berfoto di depannya saja 😆

Sampai jumpa di lain ceritaaaaaa 😉

Odaiba? Miraikan Museum, boleh dicoba! ;-)

Odaiba, salah satu tempat wisata wajib kunjung kalau kaki sudah menginjakan daerah Tokyo! Pulau buatan (artificial island) ini aselik, ke-ren bang-et!! ❤

Kayaknya gak bakal cukup waktu 1 hari untuk eksplor seluruh atraksi yang Odaiba sajikan. Apalagi buat yang ngaku pecinta teknologi, sempatkan deh untuk paling tidak bermalam di area ini, karena sajian atraksi siang dan malamnya sama-sama keren, daann banyak banget yang harus dikunjungi untuk memuaskan tech-freak-soul kamu.

Selama 6 bulan tinggal di Jepang, saya hanya berkesempatan 1x ke Odaiba. Dan pilihan suami jatuh ke: The National Museum of Emerging Science and Innovation (日本科学未来館 Nippon Kagaku Mirai-kan), atau lebih dikenal dengan Miraikan “Future” Museum. Kenapa pilihan suami? Karena, saya sih manut aja yaa kaan 😆

IMG_5744-01

Welcome to Miraikan Museum Odaiba!

Hasrat saya untuk ke Odaiba gak muluk-muluk, cuma pengen foto di depan replika Patung Liberty dan Patung Gundam. Udah. Tipikal turis banget kan 😀 Nah, karena dua patung tersebut lokasinya berdekatan, kalau cuma mau foto di depan keduanya paling gak sampai 1 jam, kelar. Gak mau rugi dong kita, udah jauh-jauh ke Odaiba cuma ke situ doang.

IMG_5688-01

Alhamdulillah… Kesampean juga ke… New York! 😆

IMG_5716-01

Yang penting punya foto di depan… Gundam Unicorn 😆

Pengalaman wisata ke Odaiba ini menambah barisan alasan saya, untuk menjadi sangat terkesan akan negara Jepang. Kali itu suguhan teknologi membuat saya ternganga-nganga norak. Kok bisa ya, ada sebuah artificial island (man-made) / buatan manusia yang sebegini niat dan canggihnya, mana sepanjang mata memandang yang disuguhkan hanya kerapihan, keteraturan dan kebersihan kota (ini sih kayanya hampir rata di seluruh sudut kota di Jepang, kalaupun ada yang kumuh, dih aselik susah banget nyarinya 😛 ). Kali itu, perdana saya menaiki kereta Yurikamome Line, line ini hanya melayani rute Tokyo melalui area Odaiba (Stasiun Shimbashi ke Stasiun Toyosu). Yurikamome yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah burung camar berkepala hitam dimaksudkan bahwa kereta ini beroperasional “melayang di udara” melintasi atas kota memberikan suguhan pemandangan kota berteknologi canggih kepada para penumpangnya.

IMG_20180608_112827

Duh, yang kefoto dari atas Yurikamome Line cuma ini 😆 Asli pemandangan lain jauh lebih kereeenn!

IMG_5883

Dalam kereta Yurikamome Line

Kalau browsing tentang Odaiba, dijamin langsung bingung deh mau mutusin ngunjungin apa aja, karena semua tempat kayaknya kece banget! Kalau kami sih lokasi dengan sajian atraksi malam jelas dicoret, karena tidak berencana sampai malam di sana. Coba deh browsing sendiri “Palette Town Odaiba / Rainbow bridge Odaiba” ini keren banget kalau malam. Shopping Center (Aqua City / Diver City / Tokyo Big Sight / Little Hongkong / Decks Tokyo Beach) juga jelas tidak kami kunjungi, karena ngapain? Ga ada niat belanja or just windows shopping yang ada malah mupeng plus ngabisin waktu dan tenaga, hihihi. Tapi tenang aja, hampir semua tempat yang saya sebutkan barusan lokasinya berdekatan. Niat mengunjungi salah satunya, biasanya kita juga akan melewati tempat lainnya. Kalau ga berkesempatan masuk ke dalamnya, bisa juga foto-foto di luarnya, pas lewat 😆

IMG_5675

Aqua City Shopping Mall… depannya 😈

IMG_5676-01

Rainbow bridge, kalau malam pasti keren! 😥

IMG_5680.JPG

Statue of Liberty van Odaiba

IMG_5698-01

Otw Diver City Gundam Front, foto aja dulu 😛

Karena tujuan makin mengerucut, cuss lah Arki mutusin ke Miraikan Museum. Eits, kesini juga ada alasan khusus 😈 Dia makin tertarik, karena di sana terdapat salah satu objek pameran view globe. Apa menariknya? Bola dunia (globe) raksasa ini berputar life time (sesuai waktu berjalan) dan… karena salah satu pencipta view globe ini adalah dosennya Arki pas kuliah di Jepang. Saat itu masa perkuliahan sedang berlangsung, keinginan Arki ke museum ini jadi makin makin deh 😛 Ini dia penampakan view globe yang juga menjadi daya tarik khusus museum:

IMG_5765

Life time view globe

IMG_5760

Berubah jadi gini, lucuuuk!

IMG_5793

Indonesia!

IMG_5834

Life time Indonesia

IMG_5803-01

Geo Cosmos. Pak Arki seneng bener 😆

Sebelum cerita tentang isi Miraikan Museum, sedikit sharing rute perjalanan kami hari itu dulu ya. Karena Yurikamome Line ini cukup terkenal mengesankan, Arki bikin plan ke Odaiba harus naik Yurikamome Line, saingannya, ada juga Rinka Line. Total ongkos perjalanan kereta dari Stasiun Chogo (terdekat dengan apato kami) sampai ke Odaiba kurang lebih ¥1500/orang sekali jalan. Tujuan kami hari itu Liberty Statue – Unicorn Gundam Statue – Miraikan Museum, turun di Stasiun Daiba langsung susur jalan kaki, gak pakai naik-naik kereta/bus lagi. Bahkan semua popular site places di Odaiba yang diulas google bisa semua kita susuri dengan turun di Stasiun Daiba ini, ya walau mungkin hanya memandang dari kejauhan, hihihi. Tentu harus siapkan kocek dan waktu lebih banyak kalau mau berkunjung ke semuanya 😉

IMG_5678

Anaknya kepanasan padahal suhunya cukup adem #springvibes

IMG_5692-01

Eeeaa ❤

IMG_5699

Zepp Diver City, Gundam Base Diver City

IMG_5718

Eee eee mau jatuh, Mah! 😆

Benar saja, ga banyak waktu yang kami habiskan untuk sekedar berfoto ria di depan Patung Liberty dan gundam. Arki bukan pecinta gundam (syukurlah 😛 ) jadi dia gak minat banget masuk ke arena shopping mall Diver City-nya. Namun karena setelahnya sudah masuk jam makan siang, kami menyempatkan masuk ke mall, tujuannya cuma mau beli ayam McD untuk Kata 😆 Memang sih pas masuk ke mall, nuansa per-gundam-an kental sekali terasa, buat kalian pecinta gundam, tentunya wajib eksplor bagian dalam mall ya 😉

Saya sudah membawa bekal makan siang, jadilah makan siang kami hari itu di taman sembari ditemani Unicorn Gundam Statue 😉 Si Kata ‘hepi’ bener, takjub kayanya dia belum pernah lihat robot sebesar itu 😆 Saat itu juga masih musim semi, cuaca cerah matahari terik tapi suhu cukup adem, lagian kalau cuma mau makan McD di dalam mall mah, bocen juga kitah 😛

IMG_5703

Mandatory family picture 😉

Makan siang udah, foto-foto puas, lanjut kami jalan kaki menuju Miraikan Museum, 1 kilo ajaa… deket itu! Hahaha jalan sekitar 10 menit udah sampe. “Why do we keep secrets even from those closest to us?” Tulisan pertanyaan ini tertera di tiket masuk-nya. Waduh, bakalan berat nih bahasannya 😀 Tapi dalam rangka semua senang — Kata seneng banget ketemu gundam, papa seneng mau lihat view globe, mama mah dimana-mana hatinya senang 😆 — mari nikmati kemajuan teknologi yang disajikan oleh museum ini.

IMG_5862

Gedung museumnya

IMG_5745

Beli tiket dulu

Harga tiketnya ¥600/orang (umum), atau sekitar 85ribuan rupiah, yang menurut saya dengan harga segini layak banget kita bayarkan, karena… apa yang disuguhkan oleh museum bener-bener bikin kagum (buat saya sih, hehehe). Kata (anak di bawah 3 tahun) masih gratis, kayaknya juga ada harga khusus untuk anak usia antara 3-5 tahun dan harga pelajar tingkat sekolah.

IMG_5840

Miraikan Museum Tickets

IMG_5750

Suasana di luar museum

Berbagai macam kemajuan teknologi dipamerkan di sini. Paling menarik buat Arki, ya view globe tadi, berasa relate aja kali ya sama dosen kuliahnya 😛 Kalau saya terkesima ketemu robot modelan mbak-mbak Jepang (wahahaha saya lupa penamaan robot ini). Jadi simbak robot ini bisa diajak ngobrol, sepanjang yang kami ‘tonton’ dia ngobrolnya pakai bahasa Jepang. Saat itu ada pegawai museum yang bertugas memamerkan kecanggihan robot ini, pengunjung juga boleh coba, asal, dalam bahasa Jepang. Hihihi sayangnya belum bisa ngobrol pakai bahasa Inggris, atau Indonesia apalagi bahasa Jawa 😛

IMG_5790

Ini dia simbak robotnya 😉

IMG_5826-01

Wefie! 😆

Satu lagi yang juga jadi daya tarik museum ini adalah, adanya Robot Ashimo. Keahlian Ashimo yaitu mampur berjalan, berlari hingga menendang bola! Eh ini gak remeh loh, kalau udah jadi robot yang berfungsi baik emang kesannya biasa aja ya? Tapi bayangin deh proses sampai bisa jadi robot dengan keahlian seperti itu, memukau banget pula hasilnya 😉

IMG_5776

Sebelum Robot Ashimo dipanggil

IMG_5780

Ini dia bintangnya! 😉

Bangunan museum ini terbilang tinggi, kalau gak salah sampai 7 lantai. Main hall sering digunakan untuk macam-macam pameran, saat saya kesana sedang ada Detective Conan Special Exhibiton! 😉 Seingat saya mereka jual tiket terusan juga, tiket museum + tiket pameran khusus harganya lebih murah daripada beli tiket terpisah. Untuk pameran Conan waktu itu kalau tidak salah sekitar ¥1200/orang, waw, out of our budget 😛 Saya cukup senang sih dengan Detektif Conan, dulu sering baca komiknya dan nonton kartunnya tiap minggu pagi jam 9 di Indosiar (Hayooo, siapa yang seangkatan sama saya? 😛 ). Tapi karena Arki gak suka, dan yaudah kami memang tidak plan ke pameran, akhirnya cuma beli tiket museumnya saja.

IMG_5758-01

Tapi, minimal foto dulu lah ya di depan backdrop-nya 😈

Nah… lagi-lagi, mamak kebagian tanggung-jawab nih pas belum lama menikmati sajian museum. Anaknya reweeelll 😐 Biasa deh jam bobok siang, saat itu Kata juga masih gencar kalau mau bobok siang harus sambil nyusu nyaman karena saya selalu direct breastfeeding. Jadi ya gitu, setengah waktu saya di museum habis di nursing room nemenin Kata bobok. Seperti cerita saya pada postingan-postingan sebelum ini, saya menyusui Kata yang tidur, papanya jalan-jalan aja dulu -_-

IMG_5795-01

Otw nyari nursing room, anak mulai bete 😛

IMG_5796-01

Pojok Edukasi

IMG_5764-01

Science room

Mungkin sekitar satu jam Kata bobok siang, pas bangun dan mulai ‘kumpul nyawa’, Alhamdulillah anaknya masih mau diajak keliling-keliling museum untuk lihat-lihat jadi mamanya gak rugi-rugi amatlah. 😀 Walau museum ini memang kurang cocok untuk anak balita dari sisi pemahaman ya, tapi cukup kids friendly. Museum ini juga menyediakan arena bermain anak, bangunan yang bersih dan luas tentu juga bikin anak kerasan, dan terang! Hehehe lain kali saya share juga pengalaman kami jalan-jalan ke museum yang sebenarnya gak banget untuk anak 😆 Cuma kadang ya gitu, saya sih yang penting jalan-jalan deh gak di apato aja 😉

IMG_5821-01

Mama juga kepengen punya foto sendiri di depan view globe 😛 Dan tentu, mandatory family picture! 😉

IMG_5828-01

Karena Arki sudah cukup puas keliling museum pas saya dan Kata di nursing room, saya jadi gak terlalu ambisius untuk eksplor lebih, hahaha yang penting tujuan Arki ke museum ini sudah tercapai. Keluar museum kalau tidak salah masih sekitar jam setengah 3 sore, di sekitaran museum terdapat ruang terbuka yang luasss sekali. Duh saya paling gak tahan ketemu bangku-bangku kosong di taman, bawaannya pengen duduk-duduk santai aja gitu. Apalagi angin musim semi berpadu dengan matahari yang mulai menghangat menuju sore itu indah banget untuk dinikmati ya. Alhasil, malah leyeh-leyeh aja gitu kita di taman, ada kali setengah jam-an 🙂

IMG_5839

Sekalian cek diapers 😛

IMG_5865

Le Instagram Mama 😆

IMG_5863

Captured by: Le Instagram Mama 😆

Anaknya tuh malah kelihatan lebih bahagia main di luar ruangan daripada tadi di dalam museum, hahaha. Dah senangnya saya kemanapun kami pergi jalan-jalan di Jepang ini gak sulit mencari taman bermain / ruang terbuka / tempat istirahat tak berbayar lainnya, plus bersih dan tertata pula 🙂

IMG_5855

Minta foto sama globe juga 😆

IMG_5851

Sekian dulu yaa sharing cerita jalan-jalan kami di Odaiba! Eits, tapi sebenarnya setelah dari Miraikan Museum, kami gak langsung pulang, melainkan masih ada 1 lokasi lagi yang mau kami kunjungi. Karena sekalian jalan dan lewat Stasiun Shimbasi, Arki ngajak ke… Nakagin Capsule Tower! Wah, apa itu? Kapan-kapan saya share di postingan berbeda yaa… 😉

Terimakasih sudah mampir dan membaca, sampai jumpa di postingan saya selanjutnya! 🙂

Sehari di Kota Kōenji!

Kōenji merupakan salah satu kota cukup terkenal, khususnya di kalangan anak muda (ciyeh), yang masuk ke dalam wilayah administratif Distrik Suginami (Suginami-ku), Perfektur Tokyo. Daerah ini menjadi unik karena memiliki suasana perpaduan antara masa lalu dan masa kini. Konon katanya, bangunan-bangunan di daerah ini tidak terpengaruh sama sekali oleh masa perang bom Jepang (Hiroshima dan Nagasaki) makanya kebanyakan rumah dan toko di sini kecil-kecil dan mencerminkan karakter bangunan pra-boom Jepang. Informasi ini sebagian saya kutip dari matcha-jp dan hasil browsing lainnya.

IMG_9597-01

Kōenji!

Hari itu Arki ngajak jalan-jalan ke Kōenji, memang direncanakan seharian. Saya ingat betul, hari itu bertepatan dengan Idul Adha 2018. Jadi alih-alih sedih gak bisa menyantap masakan nusantara dan Lebaran Haji jauh dari keluarga, pergilah berwisata saja 😆

Oke, jadi rencana trip di Kōenji kami mengunjungi:

  • Asagaya Shopping Centre
  • House NA / Sou Fujimoto Architects
  • Hattifnatt Cafe and Gallery
  • Suginami Animation Museum

Saya bahas satu persatu ya, selamat membaca! 🙂

ASAGAYA SHOPPING CENTRE

Seingat saya area perbelanjaan ini tidak jauh dari stasiun terdekatnya, jadi kalau berencana mau ke sini, naik KRL turun di Stasiun Asagaya. Apa aja yang ada di sana? Banyak! 😆 Hemm… menurut saya mirip Pasar Baru Jakarta! 😀 Walking Path yang lurus dan lebar, di kanan-kiri nya berjejer toko-toko. Kalau di Jogja ya bisa dibilang mirip-mirip Malioboro lah.

Harga-harga menurut saya relatif. Karena sepertinya barang yang dijual unik-unik, khas Jepang, sesuai hobi dan interest atau koleksi-koleksi gitu. Saya sempat masuk ke toko Kimono khas, dan souvenir shop khas Jepang, mahal, kecuali yang ada di Daiso-nya (108 yakuen shop) hahaa tetep ya Daiso ada dimana-mana 🙂 Daerah Kōenji juga terkenal sebagai pusat musik piringan hitam bergaya retro maupun lainnya. Pernah sekali lewat juga di depan toko yang menjual piringan hitam, tapi gak mampir masuk. Loh, terus ngapain aja? Ya lihat-lihat dan foto-foto saja 😆

IMG_9606-01

on Asagaya Shopping Centre

HOUSE NA / SOU FUJIMOTO ARCHITECTS

Jadi gini, suami saya di Jepang ini kan ambil studi linkage, studi UGM-nya di Fakultas Teknik Arsitektur. Ceritanya nih, biar rada relate gitu sama yang dia pelajari, sekali waktu browsing lah dia dengan keywords: Top 10 Building Architecture in Tokyo Area. Jeng… Jeng…! Langsung hasrat dia menggebu-gebu dan ‘list of places that must be visited’-nya dia selama tinggal di Jepang, nambah banyak! 🙄 Alhamdulillah, lumayan banyak juga yang sempat dikunjungi, salah satunya House NA / Sou Fujimoto Architects di Kōenji ini.

Apa sih uniknya? Ya ini rumah, tapi dalemnya kelihatan dari luar. Wakakakak bahasa saya jauh banget dari istilah per-arsitektur-an ya. Intinya ini rumah dengan interior desain yang unik dengan didominasi pemasangan kaca di setiap sudutnya. Yang kalau menurut saya mah, biasa aja, kayanya beberapa kali pernah mendapati rumah kaca begini juga di tanah air (ya gak sih?) 😀

IMG_9599-01

Otw to House NA

Foto di atas saat menuju House NA. Mungkin tertarik juga? Bisa berkereta dan turun di stasiun terdekatnya yaitu Stasiun Kōenji, terus buka google maps aja, ada tag location House NA ini kok.

IMG_9600-01

House NA / Sou Fujimoto Architect, difoto Arki

Saya kurang tau juga ya sebenarnya rumah ini fungsinya untuk apa. Menurut artikel yang saya baca ini semacam proyek arsitek bikinin rumah untuk klien-nya. Jadi berarti rumah tinggal? Tapi pas kami ke sana sih kok sepi-sepi aja, apa pemilik rumahnya lagi pergi? Ya gak niat namu juga sih 😛 Cuma kalau ini ternyata rumah tinggal, kira-kira si pemilik rumah risih gak ya kalau banyak turis macam kami datang berkunjung untuk foto-foto. Atau sebenarnya rumah ini memang diperuntukan bagi wisata / edukasi (perarsitekturan)?

IMG_9602-01

House NA / Sou Fujimoto Architect, difoto Arki

Pas sampai, kesan saya gimana? Biasa aja 😈 Udah mah jalannya lumayan jauh dari stasiun, panas, saya tanya sama Arki tujuan dia mau apa lihat rumah ini? Jawabnya, cuma foto, terus udah. Lah. Baiklah, Pak. 😐

HATTIFNATT CAFE AND GALLERY

HATTIFNATT, unik ya namanya 😉 Bisa sampai sini tentu juga hasil browsing cafe dan resto unik yang harus dicoba kalau kita sedang berkunjung ke Kōenji, salah satunya muncul nama Hattifnatt ini.

IMG_9608-01.jpeg

Hattifnatt Cafe and Gallery

Pas sampai, sayangnya Kata pas tidur, dia biasa gitu, kalau kelamaan strolling tau-tau tidur sendiri walau belum jam bobok siangnya. Pukul 11.30 saat kami tib, dari luar, waduh kok kelihatannya kecil ya tempatnya? Saya minta Arki cek dulu ke dalam, kira-kira cukup nyaman untuk Kata nggak, tapi ternyata dalamnya pun sempit banget sodara-sodara! 😆 Berhubung saya gak tega bangunin Kata, tapi sudah jauh-jauh sampai sini dan memang rencana makan siang di sini, akhirnya seperti biasa, nunggu Kata bangun bobok duluu -__- biar gak terlalu bosan, kami jalan-jalan dulu di sekitaran situ sembari menikmati suasana Kota Kōenji di kala summer super hot 😀

IMG_20180822_143647_HDR-01

Toko lucu di sudut jalan Kota Kōenji

IMG_9594

Salah satu gang yang kami lewati, nuansanya syahdu bener, walau, panas! 😆

IMG_20180822_143538_HDR

Eh gak lama anaknya bangun! Foto dulu di depan toko ini 😛

Gak lama, si Kata bangun, kami langsung bergegas balik lagi ke Hattifnatt. Benar saja, pas masuk pun sempit bangett… Konsepnya memang dibuat semacam rumah pohon gitu. Lalu kami diantar menuju ke lantai atas, kayaknya memang lantai 1 untuk dapur, kasir dan ruang pegawai gitu. Memang banyak sih cafe dan resto di Jepang dengan konsep minimalis seperti ini, seperti di postingan saya sebelum ini Square Enix Cafe, tempatnya sempit, tapi konsepnya unik 🙂

IMG_20180822_135502_HDR-01

Hattifnatt: House of Tree!

IMG_9620-01

Lihat-lihat kid’s menu dulu

Mereka punya menu khusus untuk anak-anak, sebenarnya kayaknya mirip-mirip saja sih hanya dalam porsi kecil. Kata tidak saya pesankan kids menu, ikut mama-papanya aja.

IMG_20180822_142547-01

Sambil nunggu pesanan, jelas, foto-foto dulu 😆

IMG_9622

Gak lama pesanan datang, kami pesan dua jenis makanan, satunya lupa difoto pemirsah! 😛  Kalau menu di atas ini pesanan Arki, salad 😐 Demen bener salad dah dia. Pesanan saya semacam nasi putih yang sudah dicampur dengan keju mozarella dan irisan tipis gurita (tako) 🙄 saya gak suka gurita sebenarnya, tapi ga ada pilihan menu nasi lainnya (kudu pesen nasi biar anaknya mau makan), dan, ga bisa rikues gak pakai gurita, susah juga ye ngomong ke simbaknya karena komunikasi kami seadanya 😈

IMG_9628

Minumnya saya pesan kopi latte, es teh manis untuk Kata dan satu minuman Arki. Kalau tidak salah keseluruhan habis sekitar ¥2800-an (hampir 400 ribu rupiah) dan… gak kenyang! 😆 Tapi tenang, ransel saya selalu siap sedia beragam cemilan 😀 Saya udah duga sih, kalau mau makan kenyang emang harus siap rogoh kocek agak dalam, cuma kan intinya kami mau nyoba icip-icip aja biar ada pengalaman jajan-jajan di cafe resto Jepang gitu :mrgreen:

IMG_9634

Ternyata anaknya doyan! Yeay.

Secara keseluruhan Hattifnatt ini unik tempatnya, so instagramable, full AC jadi gak usah khawatir gerah atau kalau musim lainnya juga pasti ada penghangatnya. Sayangnya, tempatnya sempit, saya berasa eungap aja gitu masuk sini, Kata aja ngajak keluar mulu 😆 Cita rasa makanan biasa (biasa laahh bandinginnya sama nasi padang! 😛 ) khas sana sih yang minim bumbu dan rempah. Harga standar, standar murahnya Jepang, kalau di-kurs rupiah, per menu sekitar 100ribuan untuk makanan, 50-70ribuan untuk minuman (tipe es teh/kopi-kopi ringan) 😀

SUGINAMI ANIMATION MUSEUM

Arki mah kayaknya gak lengkap gitu ya kalau wisata gak pake berkunjung ke museum 😆 Dari malam pas di-briefing saya gak terlalu tertarik ke sini. Tapi ya daripada diem aja di apato ya kan, mendingan jalan-jalan 😎 Lokasinya agak jauh dari 3 tempat yang kami kunjungi sebelumnya. Ingat betul saya, ke sini masih lanjut berkereta – jalan kaki – naik bus – jalan kaki (bayangin kalau rute PP 😆 ). Stasiun terdekatnya Ogikubo, lalu naik bus turun di Ogikubokeisatsuzen bus stop masih jalan kaki sekitar 200 meter, baru deh sampe museum.

IMG_9577-01

Suginami Animation Museum

Duh lupa foto penampakan depannya, pas sampai, saya ragu. Kurang unik 🙄 Hihihi sekian banyak museum yang kami kunjungi sebelumnya, punya ciri khas tersendiri. Suginami Animation Museum ini biasa banget. Ternyata, museum ini memang built in dengan kantor pemerintah (saya lupa kantor apa) karena memang milik dan dikelola pemerintah setempat. Gedungnya tinggi, dari luar ada papan bertuliskan Suginami Animation Museum tapi penempatannya kurang strategis. Meskipun gedungnya tinggi, keberadaan museum ini hanya menempati satu lantai, kalau tidak salah di lantai 7.

IMG_9582-01

Foto dulu 😈

IMG_9543

Sejarah perkembangan animasi Jepang tahun 1980 – 1989

IMG_9544

Sejarah perkembangan animasi Jepang tahun 1990 – 1999

Kami tiba di sana sekitar jam setengah 2 siang, sepiii.. kantornya pun sepi, padahal bukan weekend. Ya mungkin sudah selesai makan siang dan para staff kembali ke meja kerja masing-masing kali ya. Naik lift, begitu lift terbuka kami langsung berhadapan dengan meja informasi dan disambut 2 pegawainya. Surprise, ternyata salah satu pegawainya bisa berbahasa Indonesia! 😀 Walaupun kata-kata sederhana dan dengan bahasa yang baku, komunikasi kami dengan Ibu (iya sudah ibu-ibu) tersebut cukup banyak.

IMG_9557

Neon Genesis Evangelion

IMG_9558-01

Ini dia yang sumringah banget 😆

IMG_9565-01

Yang dua ini sih gak ngerti apa-apa :mrgreen:

Di meja informasi kami ditanya, apakah kali itu pertama kalinya kami berkunjung? Untuk kunjungan perdana, pengunjung akan dijelaskan sedikit mengenai keberadaan museum dan beberapa aturan yang berlaku. Kami tidak kesulitan karena ada Ibu yang dapat berbahasa Indonesia tadi, tapi kemampuan bahasa Inggris-nya pun saya rasa lumayan lah kalau untuk menjelaskan peraturan-peraturan dasar saja. Tidak boleh makan dan minum di dalam museum (standar sih ini), ruang khusus makan ada di lantai basement (jauh ye dari lantai 7 😆 ). Kafetarianya sepiiii, duh malah jadi kayak ruang bawah tanah, hanya ada 1 vending machine dan beberapa meja kursi. Tidak ada yang jual makanan dan tidak ada tanda-tanda aktifitas di sana. Mungkin dulunya ini kantin, tapi sudah tidak berfungsi, ah, ntahlah.

IMG_9520.JPG

Cuma ini foto suasana Kafetaria yang terfoto 😈

Museum satu lantai itu terbilang cukup sempit, kalau tidak salah terbagi ke dalam 3 ruangan, 1 ruangan utama (bagian terbesar) tempat meja informasi dan para staff berjaga, display sejarah dan berbagai macam animasi, dan area interaktif. 1 ruangan lagi diperuntukan bagi pengunjung yang ingin menggambar animasi (disediakan kertas dan peralatan lainnya, bebas coba). Ruangan selanjutnya harus sedikit menaiki tangga, ini tempat layar interaktif gitu, semaca permaian dancing-dancing di timezone. Aduh maaf ya, saya gak terbiasa dengan bahasa dan istilah per-animasi-an, bukan dunia saya itu 😛 Saya gak paham-pahan banget dan gak terlalu tertarik juga. Jadi gak bisa banyak cerita. Nanti langsung lihat foto-fotonya saja ya 😈

Ruangan 1

IMG_9533-01

Kodok raksasa! 😎

IMG_9567-01

Ini animasi apa dah? Gak tauuu 😆

IMG_9547-01

Media interaktif, kumpulan gambar menjadi animasi gerak

IMG_9535

Gundam!

IMG_9551

Oh, konichiwa Totoro – Neko Bus!

IMG_9526

Astroboy!

Ruangan 2

IMG_9574

Ciyeee Kata lirik-lirik Onechan! 😛

IMG_20180822_122858-01

Oiya, penjelasan yang tertera di setiap objek museum dalam bahasa dan tulisan Jepang, kalaupun ada tulisan berbahasa Inggris sangat sedikit sekali. Di meja informasi akan diberikan flier berbahasa Inggris, dan earphone english interpreter yang menjelaskan secara rinci fungsi tiap ruangan dan cerita setiap objek display. Bisa dilihat seperti yang dipakai Arki, saya mah gak pakai, jagain anak aja perlu konsentrasi penuh 😆

IMG_9570

Sok-sok-an nyuruh gambar, jadinya benang kusut! 😛

IMG_9555

Diplay meja kerja animator

IMG_9556

Ruangan 3

IMG_9586-01

Malu-malu suruh joged 😈

IMG_9590

Ini mau nunjukin stempel gitu ceritanya 😀

IMG_9593-01

Kakak-kakak di belakang cantik-cantik ya, Mas? 😛

Yang jelas ke museum ini yang paling enjoy ya Arki lah 😆 Saya udah lumayan capek pas tiba di sana jadi sekedar lihat-lihat, Kata juga pasti sama kayak saya, gak ngerti. Menurut saya museum ini kurang toddler friendly karena sempit dan banyak bagian yang tidak boleh di entuh, tau sendiri kan anak balita 2 taunan lagi aktif-aktifnya. 😈

HTM-nya berapa? GRATIS! 😆 Jadi karena museum ini dikelola pemerintah, mereka tidak memungut biaya, mungkin semacam di bawah naungan urusan pendidikan dan kebudayaan gitu ya. Sasarannya mengenalkan kepada masyarakat Jepang khususnya atau turis non Jepang umumnya mengenai perkembangan animasi di Jepang.

______________

Sekian deh jalan-jalan kami seharian di Kota Kōenji. Dari ke-4 lokasi yang kami datangi, semuanya masih dalam satu area, saya lupa rute pastinya. Tapi namanya jalan-jalan di Jepang, agar maksimal emang harus siap banyak jalan kaki. Selain hemat biaya kadang hemat waktu juga. Percayalah, dari dan ke stasiun itu juga butuh waktu, belum lagi kalau ketemu stasiun-stasiun besar yang cukup membingungkan.. turun dari kereta mau ke luar stasiun gak jarang harus jalan kaki muter-muter dulu juga, karena kebanyakan stasiun di Tokyo area dan sekitarnya modelnya subway (kereta bawah tanah) gitu. Lelah cyin pokoknya 😆 Ke-4 lokasi yang kami kunjungi di atas berada di sekitaran Stasiun Asayaga, Kōenji dan Ogikubo.

Sehabis dari museum, kami langsung pulang, tiba di apato masih sekitar jam 5 sore. Alhamdulillah.

Terimakasih sudah mampir ya! Siapa tau ada yang berencana mampir Kota Kōenji dan tertarik mengunjungi tempat-tempat yang kami sudah datangi, semoga tulisan ini bermanfaat dan.. selamat mencoba! 😉

Square Enix Cafe: Cafenya para Gamer

Hai! Kamu gamer? Tau dong Final Fantasy? Pasti tertarik deh baca postingan ini 😛

Istirahat sebentar dari cerita jalan-jalan keluarga saya selama stay di Jepang, kali ini, akhirnya, ada lagi, ulasan mengenai… kuliner! Hihihi. Sebelumnya baru 2 ulasan mengenai cafe dan resto yang benar-benar saya bahas di blog ini, silakan mampir ke tulisan Ikinari Steak dan Totoro Cafe.

Jalan-jalan hari itu sudah masuk summer, suhu sekitar 36°C (feels like 42°C maybe saking panasnya 😐 ). Tidak seperti biasanya, malam sebelum jalan-jalan Arki rikues supaya besok gak usah bawa bekal, saya sih seneng-seneng aja, jadi bisa bangun agak siangan gak grasak grusuk nyiapin bekal, plus bisa nyicipin lagi makan di restoran yang ada di Jepang, karena bisa dibilang, kami jarang banget icip-icip. Ya alasan utama jelas supaya finansial bulanan tetap stabil, alasan kedua, saya gak terlalu suka cita rasa masakan di Jepang jadi berasa mubajir aja gitu loh udah mahal-mahal beli tapi ga cucok di lidah 😆

Anyway, di awal saya bilang, para gamer pasti tertarik dengan cafe ini, kenapa? Ya karena ini cafe-nya para gamer 😀 Yang bukan gamer atau minimal (pokoknya nyerempet-nyerempet) tidak punya ketertarikan dengan dunia game, dijamin, gak ngerti, atau: “mending cobain cafe lain lah!”.

IMG_20180802_105727_HDR-01

Square Enix Cafe, terletak di daerah Tokyo Akihabara, alamat lengkap and how to get there googling sendiri aja ya 😀 Kenapa akhirnya ke sini? Pertama karena rencana jalan-jalan hari itu ke seputaran Akihabara, kedua karena Arki penasaran. Suami saya itu bukan gamer sih, dia cuma ada ketertarikan khusus sama game, main game juga, tapi ga addict karena gak di-support istrinya hahaha daripada rumah tangga gonjang ganjing akhirnya dia tidak mengklasifikasikan game sebagai hobi 😛 Namun kalau suka dan tertarik yagapapa juga.

Tinggal di daerah Fujisawa, satu jam dari Tokyo, wisata kami memang seringnya eksplor Kanto (Tokyo) area. Belum lama saya rincikan kalau Tokyo Trip kami sampai 15 kali selama 6 bulan di Jepang! Itupun masih banyak list kunjungan yang belum tercoret, tak apa, segini saja sudah lebih dari cukup, Alhamdulillah 🙂 Cerita jalan-jalan kami hari itu di sekitaran Akihabara nanti akan di share di postingan berbeda ya 😉

IMG_7430-01

Seingat saya, cafe ini letaknya tidak jauh dari Stasiun Akihabara. Keluar stasiun jalan gak sampai 5 menit, sampai, mengandalkan google maps tentunya. Cafenya juga terletak di pinggir jalan besar, letaknya strategis dan mudah dijumpai. Para gamer pasti sudah familiar dengan Final Fantasy? Octopath Traveler? Cafe ini dijejali dengan beragam perintilan khas kedua game tersebut. Saya gak ngerti-ngerti amat, mengenai lengkapnya konsep dari cafe ini silakan berkunjung langsung ke website-nya aja di Square Enix Cafe 🙂

Terdiri dari 2 lantai (kalau gak salah sih ya), di lantai 1, begitu buka pintu kita akan langsung disambut pegawai restoran dengan dandanan khas. Kesan saya sih penampilan pegawainya a-la a-la emo gothic gitu dari tatanan rambutnya dan pakaian yang dikenakan (serba hitam, sepatu boot dan lengkap dengan asesori per-gaming-an, kayanya, #sotoy 😆 ). Tidak ada meja kursi makan di lantai 1, karena pengunjung cafe ini akan menikmati foods and beverages di lantai 2. Sebelum itu pengunjung akan diberikan kartu tamu (guest ID) yang harus dikembalikan saat melakukan pembayaran. Lalu kemudian kami diantar oleh pegawai ke lantai atas.

IMG_7442-01

Di lantai 2 bersama para gaijin lainnya 😀

Di lantai 2, tempat para tamu restoran menyantap pesanannya, pun tidak terlalu luas. Hanya ada beberapa set meja kursi dan satu set meja kursi panjang. Saat kami tiba, cafe tidak terlalu ramai, semua pengunjung nampaknya gaijin (bukan orang Jepang). Setelah duduk di kursi, pengunjung akan diberikan dipinjamkan 1 tab untuk submit pesanan kita. Jadi semua menu ada di tab tersebut, tenang aja pegawainya gak nungguin kok, jadi gak awkward kalau kelamaan pesan makan 😆 Begitu selesai pilih menu, submit – OK.

IMG_20180802_110829_HDR-01

Lupa foto tab-nya, tapi seperti yang warna biru di atas meja ini 😀

Waktu itu agak kebingungan, terus kalau udah submit gimana? Kok ga ada pegawai yang nyamperin? Saya yang dasar orangnya gak sabaran, akhirnya nanya ke satu pegawai yang emang stand by di situ (pegawai ini berbeda dengan yang tadi antar dan servis kami). Hehehe, ternyata begitu kita klik submit – OK secara otomatis pesanan kita sudah diproses, tinggal tunggu sambil duduk cantik atau bisa lihat-lihat area lantai 2 tersebut.

IMG_7443-01

Game shop on 2nd floor

Di lantai 2 ini, selain set meja kursi untuk makan dan minum, tersedia juga berbagai souvenir tentang game (aduh, saya gak ngerti game-game-an lah ya, pokoknya begitu). Kalau tidak salah ada CD-CD, kaset, gantungan kunci, dll. Dari segi harga, relatif. Tapi menurut saya mah mahal, karena membandingkan gantungan kunci di sini dengan yang di jual di Daiso (¥108-shop) — yaiyyalahh 😆 — Tapi menurut Arki, relatif murah, apalagi kalau benar-benar hobi/koleksi ya, untuk gantungan kuncinya dibandrol mulai ¥600-an atau sekitar 80ribu rupiah.

IMG_20180802_113556-01

Weeiii nggayaaa! 😆

Ada alat peraga ((( alat peraga ))) duh apa sih nyebutnya, jadi pengunjung bisa nge-tes CD/kaset yang mau dibeli terus dengarkan pakai earphone kayak foto anak saya di atas (itu sih dia gaya-gayaan aja disuruh papanya 😎 ).  Oiya, di lantai 1 juga ada souvenir shop tapi lebih ke jenis merchandise macam tote bag, kaos, tumbler yang harga-harganya menurut saya sih, mahal! Tapi Arki emang dasar seneng sama game ya, dia beli tote bag Octopath Traveler (pecinta game pasti tau, ya kan?) bahan kanvas biasa gitu, cenderung tipis ¥2700-an, sekitar 400ribu rupiah!! (wahahaha tote bag begitu doang – dasar bukan Crazy Rich Indonesians! 400rebu aja siyok 😛 )

IMG_7435-01

Octopath Traveler! (fokus ke belakang 😛 )

Mon maap nih, emak-emak jarang diajak makan di restoran tematik gini di Jepang, jadi rada sedikit norak sama peraturan yang ada. Menurut saya, resto-resto di Jepang menerapkan peraturan terkait tata cara dan kondisi resto mereka lebih buanyak daripada di tanah air, memang ‘apel tidak bisa dibandinkan dengan jeruk’, sekedar berbagi pengalaman, dan memang kerasa banget bedanya 😀

Di bawah ini saya sempat foto panduan kalau mau bersantap ria di Square Enix Cafe. Dari beberapa peraturan, yang agak menarik perhatian saya adalah, mereka memperbolehkan pengunjung mengambil foto makanan/minuman tapi dilarang untuk merekam gambar dan suara. Ya mungkin terkait lisensi dan orisinalitas ya, gak tau juga saya. Peraturan lainnya umum sih, seperti kebanyakan resto di Jepang, hampir selalu ada bagian dimana pengunjung harus self service. And.. the last but not least, tidak boleh membawa pulang perintilan apapun yang berkaitan dengan pesanan kita 😆 😆 sampai di-bold pake stabilo biru itu, mungkin banyak sendok-garpu atau guest ID  yang ilang kali ya 🙄

IMG_20180802_110704-01

Square Enix Cafe Guidlines

Makanannya gimana makanan? Hahaha iya, nih mau dibahas sekarang. Akhirnya, pesanan kami datang juga. Seingat saya, makanan datang tidak terlalu lama dari kami klik submit di tab, karena suasana cafe sedang sepi juga kali ya, dan baru jam 11 siang belum terlalu masuk lunch time.

IMG_7441-01

Ini dia pesanan kami (gak jelas banget ya, fokus malah ke Kata dan mamanya 😀 )! Saya pesan pecel ayam 😆 Hihihi saya lupa nama menunya apa, browsing di website-nya Square Enix Cafe kok juga ga nemu, tapi percayalah, ini pecel ayam Tokyo punya, yang jelas tidak senikmat pecel ayam Cak Joyo/Putra Bahari (lulusan IPB pasti tau 😛 ). Bedanya tidak disajikan dengan nasi, melainkan kentang goreng, sambelnya kurang nendang, micinnya kurang berasa, dan harganya… 10x lipat Cak Joyo 😆 Pecel ayam a-la Square Enix Cafe ini ¥1100 (sekitar 150ribu).

IMG_7433

Tako Salad

Sementara Arki pesan Tako Salad, salad gurita. Wakakak saya gak napsu sama gurita, pas disuruh icip yang saya makan cuma sepotong nanas plus saus saladnya yang…gak cocok di lidah saya! 😛 Tako Salad ini kalau tidak salah harganya ¥800 (sekitar 110ribu), tanpa nasi pula. Duile perut Indonesia, belom makan siang kalau belom kena nasi. Minumnya? Kami gak pesan 😈 Karena, air putih gratis :mrgreen: Dan, kami pun kemana-mana selalu bawa botol minum sendiri sih. Selain itu, pengalaman Arki beberapa kali nyicip makan di cafe and resto-nya Jepang, kebanyakan harga minum itu setara dengan harga makanan, sementara air putih biasanya gratis. #pasanganhemat 😛

Gak perlu waktu lama untuk kami menghabiskan pesanan, setelah selesai kami pun langsung turun ke lantai 1 untuk bayar. Kasir di lantai 2 hanya melayani pembayaran untuk pembelian merchandise yang ada di lantai tersebut, sementara untuk bayar pesanan makan dan minum di lantai 1.

Meringkas Square Enix Cafe ini, if you are a gamer or have an interest in game world then YOU MUST VISIT THIS CAFE when you in Japan! Cita rasa makanan no.2, harga no.3 lah yaa… kan selain perut, ‘jiwa’ juga perlu dikasih makan. Kalau saya sih puas, asal suami puas 😉

IMG_7428.JPG

APS (Asal Papa Senang) 😆

Tambahan dikit yaaa…

Udah nyampe Akihabara tentu rugi lah kalau cuma mengunjungi khusus 1 tempat, hari itu saya juga one day trip. Pokoknya sekalian jalan-jalan di daerah AKB, salah satunya…

IMG_7464-01.jpeg

Mau ikutan audisi, ternyata salah jadwal 😛

AKB 48 Cafe & Shop. Nge-fans sama AKB48? Juga wajib ke sini. Dari Square Enix Cafe jalan kaki gak terlalu jauh udah sampai, bagus lagi kalau fotonya malam. Tapi yaudalah yaa saya juga ga minat sama AKB, ga berminat mengunjungi dan mengulas isi dalamnya juga, yang penting udah foto di depannya, checked 😆

IMG_7449

Akihabara, city of game. See you again, when I see you! 😉

Saitama Railway Museum

Kali itu adalah pengalaman pertama jalan-jalan jauh semenjak menginjakkan kaki di negeri matahari terbit (duile), tentunya setelah area Tokyo dan sekitarnya. Tiba di Jepang akhir musim dingin menuju semi. Setelah keriaan wisata berburu bunga sakura selesai, Arki kemudian ngajak wisata yang bisa nyenengin anaknya (walau anaknya mah selalu senang asal dekat mama-papanya ye, dan mamak tentu akan senang jika anak senang, intinya, wisata di Jepang siapa tidak senang? 😛 ).

Jadi postingan ini bisa dibilang, super late post 😆 

Kata, saat itu usianya 2 tahun (saat menuliskan ini anak saya sudah 2 tahun 8 bulan) lagi senang-senangnya dengan dunia perkereta-apian. You mamas pasti paham lah ya yang punya anak seumuran Kata. Apalagi sejak kami tinggal di Jepang, selain kaki, kereta adalah andalan utama transportasi kami 😈

IMG_1995

Saitama Railway Museum (dalam bahasa Jepang 鉄 道 博物館 Tetsudō Hakubutsukan) adalah museum kereta api di Saitama Jepang yang secara resmi dibuka pada tanggal 14 Oktober 2017. Museum ini dibangun dan dioperasikan oleh East Japan Railway Culture Foundation, sebuah afiliasi nirlaba dari Jepang Timur dengan Perusahaan Kereta Api (JR East). Ini sih info yang saya baca dari wikipedia 😆 Hahaha ya gimana, travel with toddler gak bisa muluk-muluk menyerap informasi sebanyak mungkin kan? Bisa selamat sampai tujuan tanpa minta balik lagi pulang ke apato dan mood nya bagus aja udah sukur 😀

IMG_1940

Saat berwisata ke museum kereta api ini, saya rasa Kata masih dalam fase adaptasi dengan lingkungan barunya. Sebelumnya kami tinggal di Jogja, saat LDR-an dengan papanya yang berangkat duluan ke Jepang, Kata dan saya tinggal di Jakarta (rumah orang tua saya). So, Jepang adalah daerah yang benar-benar baru buat dia (ya buat saya juga sih). Dalam fase adaptasi itu, jika diajak berpergian Kata cukup rewel, di dalam kereta yang padat pengunjung dia pasti nangis. Atau ketika berkereta cukup lama dia pun sering cranky. Saya ingat benar, saat itu kami sampai harus beberapa kali turun di stasiun terdekat dan menunggu keberangkatan kereta selanjutnya bahkan sampai beberapa kereta karena Kata rewel di dalam kereta (gak enak dengan penumpang lain, kami memutuskan turun). Memang tidak jadi masalah besar, jadwal kereta sangat tepat waktu (jarang sekali gangguan) paling setiap 3-5 menit selalu ada kereta selanjutnya. Tapi tetap saja, waktu perjalanan yang seharusnya bisa ditempuh dalam waktu satu jam karena Kata rewel jadi 2 jam. Mundur semua rencana. Tapi ya begitulah kalau jalan-jalan dengan anak balita, gak bisa ngikutin ambisi perjalanan orang dewasa tentunya.

Fiuhh.. ini satu paragraf di atas aja baru cerita si Kata rewel ya 😆 Karena highlight hari itu buat saya adalah akhirnya kami sukses mengajak Kata berkunjung ke museum kereta api meskipun di perjalanan dia cranky berat. Saya sudah hampir nyerah dan ngajak Arki pulang sajalah. Tapi dia tetep bersikeras, itung-itung untuk ngelatih Kata juga, karena ke depannya bakal banyak jalan-jalan jauh yang berkereta. Saat itu kami belum ada sebulan di Jepang, baru sekitar 3-4 lokasi wisata yang kami kunjungi dan dekat-dekat.

Oke, sekarang lanjut cerita pengalaman di museumnya. Saya sendiri belum pernah ke museum kereta api. Padahal tempat tinggal kami di Jogja cukup dekat kalau mau ke Museum Kereta Api di Ambarawa (ya daripada ke Saitama Jepang kan? 😛 ), hanya saja belum jadi prioritas dan belum ada waktunya. Makanya, pas di Jepang Arki cukup antusias juga ngajak Kata ke sini, selain anaknya udah cukup “ngerti”/ suka dengan kereta, menurut dia biar nanti kalau udah balik Jogja ga perlu “buru-buru” ke Ambarawa, kan udah ada pengalaman juga 😛

IMG_20180408_140329

Wajah sisa-sisa cranky masih ada 😆

Museum kereta api ini menjadi objek wisata paling terkenal di Saitama, dari Stasiun Tokyo waktu tempuh kurang lebih 40 menit saja (ingat, tanpa faktor tambahan anak rewel ya 😆 ). Turun di Stasiun Omiya, pengunjung masih harus berganti dengan kereta khusus (1 stasiun) menuju Stasiun Tetsudo Hakubutsukan, nah museum ini terletak tepat bersebelahan dengan stasiun tersebut.

IMG_1829

Menuju konbini 😆

Begitu sampai, saya menyempatkan diri mampir ke konbini dulu. Jajan. Walau saya bawa bekal makan siang, tapi bekal cemilan sudah habis di perjalanan. Seingat saya kami tiba sekitar jam 11 siang. Suasana museum sudah cukup ramai, sementara Arki membeli tiket masuk saya dan Kata berkeliling dulu di sekitaran luar. Karena museum ini nyambung dengan stasiun kereta, gak heran sih memang museum ini terkesan besar dan luas sekali. Di area luarnya saja sudah banyak objek display. Oiya, HTM-nya ¥1000/orang, Kata masih gratis.

IMG_20180408_135759

Koridor penghubung Stasiun Tetsudo Hakubutsukan dengan Railway Museum

IMG_1834

Bagian luar museum (belum bayar HTM)

IMG_1850

Salah satu objek di luar museum

Museum ini terdiri dari dua lantai dan satu roof top. Di lantai 1 tempat display koleksi dan simulator kereta api, model kereta api mini — jika sedang beroperasi, pengunjung bisa mengantri dan menaiki kereta ini, ada biaya tambahan lagi, saya lupa berapa yen, tapi kami tidak naik — dan museum shop.

IMG_1974

Salah satu koleksi kereta api lawas Jepang

IMG_1904

JR lawas

IMG_1901

Oil tank

IMG_1894

Shinkansen!

IMG_1857

Kereta jadul dindingnya dari kayu

IMG_2006

Museum shop (model belom siap 😛 )

Di lantai 2 yaitu tempat diorama model kereta api, penyimpanan artefak (barang antik terkait dengan perkereta-apian) dan buku, balkon galeri, dan aula serba guna (science room). Sementara di bagian roof top ada taman terbuka dan restoran, dari sana pengunjung dapat menikmati pemandangan kota dan jalur kereta Saitama, sayangnya kami juga tidak mampir ke area ini. Kan sudah saya intro duluan, si Kata lagi sering rewel. Zzzz gemes deh emang 🙄

IMG_1947

Lantai 2, tempat diorama model kereta api

IMG_1883

Weee kepo! 😛

IMG_1992 (1)

Ini candid beneran 😆

IMG_1990

Kalau gak candid anaknya ngambek ga mau difoto 😈

IMG_1997

Balkon gallery, bagus!

Walau sepanjang perjalanan menuju museum Kata rewel banget, pas sampe sih udah ketebak, excited dia. Kereta apinya gede-gede… beda sama KRL yang biasa dia naiki. Tampilan keretanya juga lawas dan warna warni. Nah sayangnyaaaa…. Gak lama setelah sampai, anaknya langsung rewel lagi (walah mamak gak boleh banget kayaknya nikmati perjalanan hari itu ya 😳 ) tak lain tak bukan, dia ngantuk 😐 Wajar sih karena sepanjang perjalanan yang lumayan jauh dia bukannya tidur di kereta malah cranky berat, nangis-nangis, dan udah masuk jam bobok siang.

IMG_1871

Sampai gak mau turun dari stroller!

Oiya, sebenarnya ada kok tempat penitipan stroller, saya sarankan jika memang berkesempatan ke sini dan bawa balita, stroller di titip aja, karena area lantai 1 tidak stroller-able selain itu anak jadi gak bisa eksplor. Tapi, itu anak saya kan lagi rewel ya, ga mau turun dari stroller 😐

Anaknya udah nangis-nangis, saya kebingungan nyari nursery room. Biasanya di tempat wisata macam ini di Jepang apalagi in door pasti tersedia nursery room. Arki saya minta cek di sekitar kamar mandi, katanya ga ada juga cuma ada changing diaper table di dalam kamar mandi. Ya museumnya juga luas banget, posisi kami nanggung gitu jauh dari meja petugas informasi, mau cek di lantai atas keburu mager. Jadi-lah saya memanfaatkan interior salah satu display kereta untuk menyusui :mrgreen:

IMG_20180408_114737

Breastfeeding in train (collection) 😛

Gak lama kemudian Kata tidur lelap. Yaelah 🙄 lagi-lagi mama harus ngalah nungguin anak bobok, sementara papanya mah keliling-keliling dong ya foto-foto 😐 Kata tepat 2 tahun ketika kami tiba di Jepang, dan saya memang belum memutuskan untuk menyapih dia karena satu dan lain hal. Awal-awal tiba di Jepang dia cukup sering cranky kalau diajak jalan-jalan, kalau tidurpun masih wajib nenen dulu dan selalu bangun kalau dipindah ke stroller. Hal ini cukup merepotkan sih memang, saya sering deg-degan kalau tiba jam tidur siang (rewel)-nya dan gak nemu nursery room atau kami lagi wisata outdoor/semi outdor gitu. Untunglah gak terlalu lama Kata bisa juga beradaptasi, bulan ke-2 kami di Jepang anaknya sudah tidak terlalu rewel kalau jalan seharian, terlihat juga dia cukup enjoy, nenen masih tapi hanya ketika dia terasa lelah aja (artinya butuh istirahat sebentar) atau dia jatuh, ini biasanya nangis terus minta nenen. Kemudian memasuki bulan ke-3, dia sudah sama sekali tidak mau nenen kalau tidak di apato, jadi kalau dia lelah biasanya dia duduk aja di stroller dan gak lama bobok, atau kalau jatuh tetap nangis tapi ga mau nenen, biasanya terus minta camilan 😈 Ah good boy, anak mama!

Panjang ya cerita tentang cranky si Kata 😆 Biar gak lelah bacanya, ni saya suguhkan foto-foto lain bagian dari ruangan di lantai 2 yaitu science room:

IMG_2001

Ini mau masuk ke science room (ada yang gak mau difoto :mrgreen: )

IMG_1967

Part of science room

IMG_1969

Part of science room

IMG_1970

Part of science room

IMG_2005

Playground

Karena masih musim semi, suhu saat itu masih cukup dingin dan.. si Kata anteng banget bobonya di pangkuan mama. Saya udah gemes kok ga bangun-bangun, mau dibangunin gak tega, gak dibangunin kok berasa rugi udah jauh-jauh ke sini malah cuma duduk di dalam kereta, yaudahlah ya namanya punya anak. Sembari menunggu Kata bangun, saya pun sempat chating sama Arki, dia sudah keliling lantai 1 dan 2, dan saat itu di lantai 1 sedang beroperasi simulator kereta api lawas. Aaakkk lagi-lagi saya melewatkan moment karena anak tidur! Hehehe. Keriaan kegiatan tersebut terdengar sih dari tempat saya duduk yang memangku Kata bobok, tapi tetap tidak terlihat, salah milih kereta agaknya 😆 Untungnya Arki sempat merekam video pada saat simulator kereta tersebut beroperasi, mayan lah ya 😈

IMG_1919

Saat simulator kereta api beroperasi

IMG_1930

Sekitar satu jam, akhirnya Kata bangun, itupun saya usik-usik dan pas dia kebangun minta nenen gak saya kasih hihihi maapkan mamak nak! 😛 Memang jadinya balik cranky lagi tapi lumayan lah sudah cukup segar dia, lalu kami putuskan untuk buka bekal makan siang dulu. Di lantai 2, ada kafetaria dilengkapi dengan meja kursi dan terbuka untuk umum. Tidak ada larangan membawa makan dari luar (gak beli di situ gapapa mom, hemat 😀 ).

IMG_1980

Baru bangun bobok! Nyawa belum kumpul

IMG_1981

Mamam duluk biar gak cranky

Selesai makan siang, tentu petualangan (halah petualangan 😆 ) dilanjutkan. Saya kan belum sempat lihat-lihat isi lantai 2, lantai 1 sebelumnya juga tidak maksimal karena keburu nemenin Kata bobok. Nah gantian deh, kalau saya kepingin rada fokus lihat-lihatnya Kata dipegang papanya, secara kan Arki udah duluan lihat-lihat pas Kata bobok tadi. It takes two to tango gitu loh 😛

Kesimpulannya, mirip-mirip sama postingan saya sebelum ini, saat kami berkunjung ke Taman Bajing di Machida. Secara keseluruhan Saitama Railway Museum ini memang tergolong wisata yang cocok untuk anak-anak, kalau buat yang dewasa kayaknya memang agak membosankan (di Ambarawa juga ada, hehe). Tapi apa salahnya, ketika berkunjung ke Jepang, ada waktu lebih, stay di sekitaran Saitama dan.. punya anak seumuran Kata, Museum Kereta Api Saitama ini cukup saya rekomendasikan 😉

Setelah puas (dan capek), mengingat perjalanan balik ke apato cukup jauh, kamipun bergegas pulang. Syukurlah, di perjalanan pulang Kata cukup kooperatif tidak seperti berangkatnya tadi. Tiba di apato sekitar jam 5 sore. Perjalanan satu hari hanya ke satu lokasi wisata, lumayan buat membiasakan Kata jalan-jalan selama di Jepang.

IMG_2013

Dan benar saja, di perjalanan wisata-wisata kami selanjutnya Kata sangat kooperatif dan menyenangkan! 🙂 Tungguin cerita jalan-jalan lainnya ya. Terimakasih sudah menyempatkan membaca cerita (dan curhatan) saya! 😀

Sampai jumpa ~~~

 

Taman Bajing di Machida

Machida Squirrel Garden

IMG_7401

Mau wisata anti-mainstream di Jepang? Boleh coba ke Taman Bajing di Machida 😆 Wilayah administratifnya memang sudah masuk Tokyo, namun daerah Kanaimachi Machida lokasi si taman Bajing ini berada cukup terjangkau dari apato kami yang di pinggiran kota Tokyo. Waktu tempuh perjalanan hanya 50 menit dengan total biaya transport kurang dari ¥500/orang. HTM-nya pun gak nguras dompet, per-orang hanya dikenakan biaya ¥400 (hanya beli on the spot), child under 3 free! Dari Stasiun Chogo (stasiun terdekat dengan apato kami) naik kereta kurang lebih 20 menit, turun di Stasiun Machida, dari situ masih lanjut bus dulu, dari Machidaeki Bus Stop turun di Yakushiike Bus Stop kurang lebih 20 menit, jalan sedikit sampai deh di pintu gerbang Machida Squirrel Garden.

IMG_7204

Waking by. Around 2 minutes from Yakushiike Bus Stop to garden gate

IMG_7399

Machida Squirrel Garden Gate

IMG_7395

Pintu masuk

IMG_7394

Ticketing

Tempat wisata ini buka mulai jam 10 pagi dan tutup jam 4 sore. Kami tiba di sana sekitar jam 10 pagi, sepi sekali. Awalnya saya khawatir tutup, karena memang sepertinya tempat wisata ini tidak punya cukup banyak peminat, so bisa saja kan sewaktu-waktu tutup tanpa pemberitahuan? 😛 Tapi syukurlah, ternyata tidak tutup, cuma memang karena baru buka dan…. saat itu suhu udara memang sedang panas-panasnya! 😆 Hahaha, iya, postingan saya kali ini agak loncat ke minggu-minggu terakhir sisa waktu kami stay di Jepang. Saat itu sudah masuk tengah musim panas, aselik, panas gilak.

IMG_7326

Sepi banget! Tapi jadi minim photobomb 😛

IMG_7239

Kayaknya selain wintersummer itu juga musim mager untuk wisata deh. Ya karena suhunya sangat tidak nyaman untuk jalan-jalan, winter yang super dingin (saya gak ngalamin sih) dan summer yang super panas (saat ke sini suhu sekitar 34°C feels like 37°C – bahkan saya pernah ngalamin suhu 37°C  feels like 42°C – WHAT?!). Namun kan ya, karena tidak ada opsi lain juga, sementara kami mau memaksimalkan pengalaman jalan-jalan/tinggal kami di Jepang jadi summer pun hajar aja lah. Ini juga akhirnya gerak setelah hampir semingguan di bawah naungan AC apato *ngakak* 😆

IMG_7420-01

Flier and tickets

IMG_7421-01

Flier-nya lucuk amat! 😀

IMG_7396

Peta wisata (gak ngerti juga sih tulisannya 😆 )

IMG_7397

Gak ngerti tulisannya, yang penting foto dulu 😛

Dari luar gerbang, area wisata ini tampak luas, pas masuk, hmm menurut saya cukup sempit sih. Tapi ya masih sangat kondusif untuk kategori habiat buatan, sebagian besar area memang dimanfaatkan untuk rumah singgah para Bajing. Walking path para pengunjung sempit. Btw, tau kan kalau Bajing dan Tupai itu berbeda? Kalau belum tau atau baru tau, browsing sendiri aja ya perbedaannya apa. Squirrel  dalam Bahasa Indonesia artinya Bajing, jadi sesuai namanya taman wisata ini memang dipenuhi oleh Bajing.

IMG_7305

Padahal panas banget, tapi pecicilan kesana kemari 😆

IMG_7300

Hallo!

IMG_7229

Rumah para bajing

IMG_7235

Summer vibes! 😆

Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan di dalam? Pengunjung dapat mengelilingi squirrel area, sambil berkeliling diperbolehkan memberi makan para Bajing. Bajing makannya apa sih? Biji Bunga Matahari, ya Hamtaro bernyanyi… (malah jadi nyanyik sontrek lagu Hamtaro 😆 ). Jadi, Hamtaro itu Bajing ya pemirsah, makannya kuaci! 😆

IMG_7240

Rumah Bajing (1)

IMG_7276

Rumah Bajing (2)

IMG_7319

Rumah Bajing (3)

IMG_7320

Rumah Bajing (4)

Pengelola sudah menyiapkan biji bunga matahari, jika pengunjung berminat memberikan makan Bajing. Tidak gratis memang, tapi sangat terjangkau lah, per-kantong dihargai ¥100 (sekitar 13ribu rupiah). Awalnya saya hanya beli 1 kantong saja, tapi melihat anaknya super excited sampai teriak-teriak kegirangan, pas habis malah minta nambah lagi, jadi beli lagi.

IMG_7224

Kuaci! 😆

IMG_7344

Bajing ini sudah menerima 1 biji kuaci dari Kata! 😛

IMG_7250

(Kata) masih malu-malu 😀

IMG_7350-01

Ekspresinya Kata! Kepo banget yawlah 😆

IMG_7342

Mulai excited! 😛

IMG_7343

Makin excited, teriak2 heboh! Hahaha 😆

Selain Bajing, ada juga marmut, kelinci, penyu dan ikan, semuanya juga diperbolehkan untuk diberi makan yang sudah disediakan oleh pengelola. Bahkan ada seekor kura-kura besar! Umurnya kalau saya tebak mungkin sudah ratusan tahun ya.

IMG_7370

Kandang Marmut

IMG_7376

Kandang Kelinci

IMG_7206

Penyu (agak memprihatinkan sih ya kondisinya 😥 )

IMG_7316

Mama senang, anak was-was 😆

Secara keseluruhan Machida Squirrel Garden ini memang tergolong wisata yang cocok untuk anak-anak sih, kalau buat yang dewasa kayaknya memang agak membosankan, hehe. Tapi apa salahnya, ketika berkunjung ke Jepang, ada waktu lebih, stay di sekitaran Machida dan.. punya anak seumuran anak saya (Kata saat itu umurnya 2.5 tahun), taman wisata ini most recommended! 😉

IMG_7222-01

Hai, Bajing! 😆

IMG_7209-01

Anak mama rupawan banget kayaknya di sini 😆

Best tome for visit pas musim semi/gugur, kenapa? Ya karena gak panasss… 😛 Tapi mungkin akan lebih ramai juga ya oleh pengunjung. Kalau ngejar sepi-nya, summer boleh juga dicoba, nah bagaimana winter? Saya gak tau juga apakah taman ini buka atau tutup selama winter.

Kami tidak menghabiskan waktu lama di sini, tiba sekitar jam 10, jam 12 istirahat di kursi-kursi santai yang disediakan di luar, buka bekal makan siang, foto-foto, lalu pulang. Meskipun begitu, anak saya sempat ganti baju, hihihih gak biasanya perjalanan kurang dari setengah hari pakai ganti kostum segala 😛 Tak lain tak bukan ya karena suhu yang puanas banget, dia jadi keringetan parah, badannya pun lengket. Tapi namanya anak-anak ya, ga dirasain kayaknya sama dia, saya senang sih ekspresinya sangat menyenangkan selama kami berada di sana.

IMG_7365-01

Summer travel? WAJIB bawa baju ganti! 😛

IMG_7417-01

Di bus otw pulang aja anaknya masih kegirangan abis kasih makan Bajing-bajing 😀

Alhamdulillah ya, Mas Kata. Walau mungkin memori saat itu kamu gak akan ingat nantinya, tapi mama punya banyak foto-foto untuk cerita sama Mas Kata nanti. ❤

Terimakasih sudah mampir, sampai jumpa di postingan saya selanjutnya! 🙂

IMG_7382-01

Met my neighbor: TOTORO!

Baiklah, akhirnya sampai juga ke penulisan blog post ini. Rangkaian wisata jalan-jalan selama periode Japan Golden Week berakhir dengan mengunjungi Museum Studio Ghibli.

IMG_4929.JPG

Konichiwa, TOTORO! 😀

Hari itu, Minggu 6 Mei 2018 merupakan hari terakhir dari rangkaian libur nasional Jepang (Japan Golden Week), juga hari-hari terakhir visa kunjungan Achik di Jepang. Kalau sempat baca postingan-postingan saya sebelum ini, adik ipar saya lagi visit Japan, sebagai kakak dan kakak ipar yang baik, saya dan suami hosting jalan-jalan untuk mewujudkan beberapa wish list dia (halah padahal ya seneng juga kok emak anak satu nihh… muahaha bisa sekali jalan, sekalian antar sekaligus senang-senang). Kenapa saya bilang hosting dan sekalian jalan-jalan? Karena kebanyakan wish list Achik sebenarnya bukan selera saya, tapi satu yang jelas, selera dia keren banget, jadilah nemenin dia jalan-jalan pun saya malah ikut kegirangan 😆

Termasuk ke Museum Ghibli ini. Berlatar belakang mirip dengan saat saya berkunjung ke The Little Prince Museum Hakonekarakter Ghibli-pun saya tidak terlalu lekat. Bedanya, saat saya masih jadi mbak-mbak (NGO)

Bersiaaappp…cerita bakalan panjang! Hehehe 😈

Membeli tiket masuk Museum Ghibli itu ‘susah-susah-susah-gampang’ walah susah-nya sampe 3x. Iya macam beli tiket kereta antar kota untuk mudik lebaran/high season. Ya maklum, dulu saya dan suami pejuang LDR Jakarta-Jogja, udah khatam deh mantengin web KAI jam 00.00 untuk tanggal keberangkatan 90 hari ke depan. Para pelaku PJKA (Pulang Jumat Kembali Akad), pejuang LDR, atau perantau Ibukota dan lain-lain, ngerti kan yang saya maksud dengan ‘berburu tiket KAI lebaran’? 😆 😆

Jadi, berkaitan dengan tatacara pembelian tiket bisa diperhatikan langkah-langkah di bawah ini (penting ini) :

  • Tiket hanya dapat dibeli secara online. Pemesanan tiket paling cepat bisa dilakukan mulai dari tanggal 10 setiap bulannya start jam 10 pagi waktu Jepang (waktu reservasi berbeda jika melakukan pembelian di luar Jepang) untuk tanggal kunjungan bulan berikutnya, misal tiket untuk 1 Juli hingga 31 Juli mulai dijual pada 10 Juni.
  • Silakan pilih jam kunjungan 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00.  Tiket hanya berlaku untuk tanggal dan waktu masuk yang ditentukan. Oiya, museum ini tutup setiap hari Selasa.
  • Official website hanya melayani pemesanan, nanti diberikan kode booking gitu untuk melakukan pembayaran. Pembayaran hanya dapat dilakukan di Lawson (kalau sempat bisa langsung bayar di Lawson konbini  terdekat), tapi kayaknya kalau mau langsung bayar online bisa di Lawson ticket deh).
  • Harga tiket masuk museum ini adalah ¥1000 untuk dewasa dan mahasiswa, ¥700 untuk siswa SMP dan SMA (13-18 tahun), ¥400 untuk siswa SD (7-12 tahun), dan ¥100 untuk murid TK (4-6 tahun).
  • Simpan bukti pembayaran baik-baik. Selesai.

Kemudian FAQ muncul:

  • Bisa beli tiket on the spot? Tidak. Karena di sana tidak ada loket penjualan tiket, adanya loket masuk untuk menukarkan tiket.
  • Berapa lama batas pembayaran dari booking online? Kalau gak dibayar segera angus gak? Jawabnya, gak tau hahaha ga mau tau dan gak mau nyoba juga. Kalau sudah niat, yang segerakan bayar saja. Untuk dapat tiketnya aja susah itu
  • Bisa datang (dan masuk) di luar pilihan jam kedatangan? Tidak. Pengunjung baru bisa masuk sesuai pilihan jam. Kalau datang kecepatan ya nunggu, kalau datang telat saya kurang tau sih diperbolehkan masuk atau tidak. Saat itu sedang padat pengunjung liburan Japan Golden Week, kami sih gak ambil resiko dengan datang telat. So be on time aja lah.

Mengenai pertiketan ini lebih jelas bisa baca di sini.

Saya share pengalaman Arki (suami) yang melakukan pemesanan tiket ya. Karena berkunjung ke museum ini utamanya mau nganter Achik, jadi dipilih tanggal sesuai rentang visit dia. Achik 10 hari di Jepang, dari tanggal 28 April – 8 Mei 2018, opsi berkunjung antara tanggal 1 – 7 Mei. Tanggal 10 April 2018 jam 10 pagi waktu Jepang, Arki udah mantengin laptop — kaaan… mirip banget pesen tiket kereta antar kota kalo lebaran tiba, gak boleh telat dikit, sold out — Wakakakak  saat itu saya ikutan tegang ngeliat muka Arki tegang banget, sampe ga berani ganggu ajak omong atau apalah.

Dan benar saja, quite challenging, raut wajah Arki menampakkan sedikit kekecewaan. Duh saya jadi deg-degan, belum berani tanya sampai kayaknya dia udah agak legaan. Jadi kami sukses dapat tiket Museum Ghibli untuk tanggal kunjungan 6 Mei… jam 4 sore! Whaatt…! Hahaha yaudahlah ya walaupun agak kecewa, tapi tetap harus bersyukur, setidaknya Achik masih bisa berkunjung ke sana. Sebenarnya kalau saya dan Arki jauh lebih santai, wong saya masih stay sampai bulan September, sementara Arki sebelumnya (saat kami masih LDR-an Jepang – Jakarta) dia udah berkunjung duluan ke Museum Ghibli, saat itu katanya antisipasi juga karena dia ingin fokus menikmati wisata sementara kayaknya gak bakal mungkin kalau bawa anak balitanya kan 😆 ).

Awalnya kami sangat berharap dapat tiket antara tanggal 1 – 3 but it’s ok juga tanggal 6 gapapa, yang agak kecewa jam masuknya, baru dapat jam 4 sore, kesorean-kelamaan nunggu karena kan juga harus mempertimbangkan Kata. Kenapa gak dapet yang agak pagian sih? Ya karena langsung sold out aja gitu, Arki pokoknya langsung deal mantep ambil keputusan di pilihan hari dan jam yang available paling dekat (tentunya sebelum rencana kepulangan Achik). Setelah sukses booking tiket, Arki langsung menuju Lawson (kebetulan konbini ini ada di bawah apato).

Saya baca pengalaman orang-orang yang juga pernah berkunjung ke museum ini, tiketnya memang sulit didapat, harus benar-benar niat, agak susah kalau belinya dadakan. Jadi, kalau kamu memang berniat mengunjungi museum ini, benar-benar harus wellplaned ya, karena kabarnya museum ini memang tidak pernah sepi pengunjung.

Sekian share pengalaman booking tiket masuk Museum Ghibli. Astaga ini baru cerita tiket doang, belom cerita perjalanan dan sampai di tujuan 😆 😆 Semoga tidak membosankan yah, selanjutnya seperti biasa bakalan banyak foto-foto yang ditampilkan. So, start from here, enjoy! 😉

Tiba hari H, rugi banget dong Achik kalau pergi hanya ke satu tujuan, sore pula. Kata juga dari pagi udah bangun, pokoknya semaksimal mungkin memanfaatkan waktu liburan Achik. Nah, karena Achik juga ada wish list mau mampir ke Totoro Cafe, kebetulan juga searah dengan Museum Ghibli, akhirnya diputuskan hari itu brunch aja di Totoro Cafe santai-santai sambil nunggu jam 4 sore. Oh iya, tentang kunjungan kami ke Totoro Cafe sudah sempat saya posting di sini. Saya tulis saat masih di Jepang tidak terlalu lama setelah berkunjung, jadi gak latepost-latepost amat lah. Sementara cerita Musum Ghibli ini kok ya baru sempat sekarang 😆

IMG_4719.JPG

Shirohige’s Cream Puff Shop / TOTORO Caffe!

Selesai ‘menyantap Totoro’ (aselik cream puff-nya enaa banget, kresskress crunchy sweet gitu – sempatkan mampir aja kalau pas di Tokyo 😆 ) kalau gak salah masih sekitar jam 11an. Ya memang rencananya mau brunch aja gitu. Untuk makan siang saya bawa bekal (hahaha tetep). Kami pun melanjutkan perjalanan menuju museum. Stasiun terdekat dengan Totoro Caffe yaitu Stasiun Shimo-Kitawaza, naik kereta turun di Stasiun Inokashirakoen (1 stasiun) biaya kereta ¥180, selanjutnya masih harus berjalan kaki sekitar 1.5 Km (kurang lebih 20 menit) untuk sampai ke museum.

Waduh, jauh amat jalannya? Enggakkk! Asli jalan-jalan di Jepang, jarak segitu mah ga ada apa-apanya, hehehe 😛 Tapi kalau emang mager jalan kejauhan kalian bisa aja memilih turun di Stasiun Kichijoji (sama-sama cuma 1 stasiun dari Shimo-Kitazawa – beda line kereta aja). Sebenarnya kalau turun di Stasiun Kichijoji, jarak tempuh jalan kaki sampai ke museum lebih jauh, tapi ada opsi naik bus, katanya bus-nya juga bus-bus lucu gitu dengan tema ke-Tororo-Tororo-an. Namuuunn… dari stasiun juga masih harus jalan dulu sekitar 3 menit ke Kichijojieki Bus Stop, terus naik bus turun di Mansukebashi Bus Stop. Sampe? Belom dong! Dari situ masih harus jalan lagi 3 menit untuk sampai ke museum. Total biaya keluar (untuk KRL dan bus) ¥400. Walah, jalan kakinya gak beda jauh cuma beda 14 menit, ongkosnya beda ¥220 dan percayalah kami sangat menghindari perjalanan dengan bus kalau memang ada opsi lainnya, so tricky! Detail rute ini jelas ada di google maps pintar-pintar saja memilih rute ya. Kami jelas memilih yang dengan cost seminimal mungkin dan perjalanan se-efisien mungkin.

Selain itu… JENG JENG… intermezo lagi! 😆 😆

Rute 1.5 Km berjalan kaki yang kami tempuh ternyata melewati sebuah taman super kece menurut saya! Karena waktu masih menunjukkan jam 1 siang, duh masih harus nunggu 3 jam lagi sesuai tiket masuk. Daripada nunggu kelamaan di depan museum, mending kita eksplor taman ini aja. Intermezonya adalah, saya mau cerita dulu tentang taman ini ya. 😈

IMG_4797

Nama tamannya adalah Taman Inokashira (Inokashira Park / Inokashira Onshi Koen), pantas saja stasiun terdekatnya tadi dinamakan Inokashirakoen Station. Inokashira Onshi Koen yang berarti Taman Karunia Inokashira disebut-sebut sebagai hadiah untuk Tokyo dari kaisar pada masanya. Tamannya ini luasssss banget! Di dalamnya terdapat aquarium kecil, telaga, kuil, dan pohon berimbum-rimbun bahkan sampai ada kebun binatang  juga. Jelas jadi pusat kegiatan santai masyarakat umum dan sekitar. Apalagi saat musim sakura mekar, wisatawan yang mau ber-“hanami” berjejalan.

IMG_4831

Momiji! Ini kalau pas autumn juga pasti super cantik ❤

Masih punya waktu kurang lebih 3 jam sebelum masuk Museum Ghibli, akhirnya kami habiskan di taman ini. Tapi, ‘anak piyik’ udah mulai cranky, maklum jam bobok siang, dari apato juga tadi berangkat pagi, sudah berkunjung ke Totoro Cafe juga jelas tenaga mulai menipis, perlu recharge. Masalahnya waktu itu dia masih menganut paham “kalo bobok harus nenen” garis keras, hehehe. Gak usah khawatir, di dalam taman yang luas ini buanyak banget bench untuk bersantai ria dengan jarak antar bench cukup jauh jadi saya pun gak terlalu risih breastfeed di sini, lha kan pakai baju khusus menyusui juga. Anyway, benar saja, gak lama si kecil terlelap, pelan-pelan saya taro di stroller lalu kami melanjutkan eksplor taman.

IMG_4792

Breastfeed and nap time for Kata 😛

Merupakan hari terakhir libur Japan Golden Week, taman tergolong cukup ramai namun masih kondusif. Musim semi, walau cuaca cukup terik tapi suhu masih di bawah 18 derajat, jalan-jalan pun super nyaman 😀 Ini gak kebayang deh cantiknya taman kalau saat Sakura full bloom, pink semua kece banget pasti. Hijau begini aja saya ‘gatel’ banget minta difotoin di sana-sini 😆 berikut beberapa foto kami di Taman Inokashira 🙂

IMG_4824

Area wisata

IMG_4825

Cantik, ya? Bunganya!

Masih musim semi, gak heran banyak jenis bunga yang blooming! 🙂

IMG_4837

Inokashira Park Zoo

IMG_4839

Swan boats at Inokashira Park Zoo

Kami hanya mengitari sekeliling taman saja, sempat foto kebun binatangnya tapi memang tidak berniat masuk, anak saya juga saat itu pas tidur, jadi yaudah makin gak semangat. Hehehe 😀

IMG_4846

Berasa strolling di Kebun Raya Bogor deh 😆

IMG_4810

Birdge and the lake, spot yang gak pernah bikin males foto 😛

IMG_20180506_125159_BURST1

Itu ada anak kecil bobok di carrier! Haha, gemas!

IMG_4841

Street art! Ojii-san (kakek) sedang melukis suasana taman 🙂

IMG_4834

Eeaakk ❤

Oke, puas jalan-jalan mengelilingi sebagian area taman, ternyata perut mulai keroncongan. Iya kami kan memang belum makan siang, karena brunch di Totoro Cafe baru jam11, makan siangnya agak telat. Masih di dalam area Taman Inokashira kami pun membuka bekal makanan kami. Setelahnya melanjutkan perjalanan ke Museum Ghibli sekitar jam 3 kurang. Dari Taman Inokashira sudah tidak terlalu jauh kok, tinggal berjalan 500 meter lagi sampai.

IMG_4854

Asik, masih sepi! 😎

IMG_4863

Ghibli Museum, Mitaka

Jam 3, kami tiba di pintu masuk museum. Nampak sepi. Ya karena pengunjung dengan tiket masuk jam 2 sudah masuk sementara yang jam 4 belum pada berdatangan. Anak saya masih bobok anteng di stroller. Wah kesempatan bagus nih, bisa puas-puasin foto di bagian luar mumpung belum banyak pengunjung lainnya 😈 Karena memang, seperti kebanyakan museum lainnya di Jepang, Museum Ghibli ini juga menerapkan peratutan “tidak boleh mengambil foto/video di dalam (area dominan) museum”.

IMG_4867

Hello, my neighbor, Totoro! 🙂

IMG_4902

Anak mama masih bobok! Saatnya foto-foto “sendiri” dulu 😈

IMG_4905

From “Kiki’s Delivery Service”

IMG_4951

Ceritanya nyariin Kiki 😛

IMG_4895

Uhuy! Anak bobok, ma-pa bisa foto2 meslaa duluk 😈 *taken by adek ipar 😆

Foto/video hanya diperbolehkan di beberapa spot yang disediakan, yaitu area luar sebelum pintu masuk, rooftop tempat Robot Laputa berada, sekitar cafe dan restoran, area outdoor yang memang diperbolehkan. Intinya, bagian dalam museum (main exhibition / studio gallery / theater etc) jelas-jelas dilarang. Tapi tenang, walaupun banyak area dilarang berfoto, area bebas berfotonya juga gak kalah keren. Kalau maksimal, tetap bakalan punya stok foto kece banyak di museum ini. Pintar-pintar cari spot dan lihat suasana aja.

IMG_20180506_145327_HDR

Tonari No Totoro

Begitu kita tiba di Museum Ghibli akan langsung disambut oleh ‘Totoro sang penjaga loket’ 😛 Tapi tunggu, dia tidak melayani pembelian tiket, hanya melayani para fans yang ingin foto-foto gemas 😆 Iya, ini hanya salah satu spot yang diperbolehkan untuk berfoto ria. Masih di luar area, tidak ada petugas yang berjaga di sini sampai tiba waktu mendekati jam masuk museum berikutnya.

IMG_4957

Hello there, Laputa!

Dari luar museum, pandangan pengunjung juga sudah dimanjakan dengan bangunan museum yang sengaja dibuat menyerupai suasana/cerita/tokoh-tokoh yang ada dalam film-film keluaran Studio Ghibli. Aduh makin gak sabar deh pengen cepet-cepet masuk. Masih tersisa 30 menit lagi sebelum tiket kami masuk museum, Kata sengaja saya bangunin. Karena kok kayanya harus punya foto ber-3 bersama Totoro di luar, soalnya menurut Arki yang udah pernah duluan ke sini, di dalam museum sudah tidak ada spot berfoto dengan Totoro, kalaupun ada hanya model gambar/film dokumenternya gitu, dan di dalam tentu lebih tricky untuk ambil foto.

IMG_4930

Hai, My Little Totoro! 😆

Mamanya udah niat banget kalau ke museum ini akanya mau dipakein overall dan kaos kaki Totoro 😆 Walaupun pas ‘ketemu kembarannya’ gak terlalu hepi diaa… Hahaha iyalah baru banget bangun tidur, nyawa belum kumpul disuruh memuaskan keganjenan mamak harus foto sama Totoro, yang ada dia takut *ngekek* 😆 😆

IMG_4937

Gak mau foto cendili, mamak harus ikut. Tetep ekspresi anak belom hepi 😆

IMG_4946.JPG

Lalu mulai kepoooo… 😛

Kalau di post sebelum ini saya berani meng-klaim diri saya lekat dengan Doraemon tidak halnya dengan Totoro. ‘Sifat ke-Totoro-Totoro-an’ saya baru muncul jaman masih kerja jadi mbak-mbak NGO yang punya direct supervisor cool abis, dan kolega seumuran yang sering membahas Totoro dan Studio Ghibli. Sejak itu barulah saya mulai kepo. Dilalah (saat itu calon) suami ternyata cukup suka (nge-fans) sama Studio Ghibli, kalo adek ipar? Apalagi. Kadarnya 2 level di atas suami lah 😈

Saat mulai kepo itu saya juga tidak memupuk keinginan kalau suatu hari harus berkunjung ke Studio Ghibli di negeri asalnya. Biasa aja. Lalu, agar kerap kali pembicaraan dengan supervisor atau teman-teman kantor saya bisa nyambung, saya memaksa diri saya untuk banyak menonton film karya-karya Hayao Miyazaki (creator Studio Ghibli). Apakah kemudian membuat saya jadi nge-fans? Enggak juga, biasa aja. Hahaha yes saya akui daya imajinasi saya rendah. Pas nonton kebanyakan kurang menikmati, gak ngerti, dan akhirnya kurang selera. Tapi kan kalau udah nonton beberapa karya Studio Ghibli ya kadar ‘kekerenan’ naik sedikit lah 😈 At least, kalau di kantor dulu lagi ngobrolin Studio Ghibli jadi lumayan nyambung 😆

Diantara beberapa film Studio Ghibli yang sudah saya tonton adalah: Castle in the Sky, Grave of the Fireflies, My Neighbor Totoro, Kiki’s Delivery Service, Porco Rosso, Princes Mononoke, Ponyo, dan The Secret World of Arriety. Lumayan banyak kaaan? Jadi pas masuk ke museum ini rada-rada nyambung dikit lah, karena pernah lihat beberapa scene adegan filmnya.

IMG_20180506_154313_HDR

Robot Laputa

Nah, kalau sudah sempat baca sharing pengalaman saya di postingan sebelum ini, kami juga menerapkan trik yang sama seperti saat kami berkunjung ke Museum Doraemon. Jadi rute tur keliling museum kami balik, dari yang teratas (rooftop) baru berangsur ke bawah. Kenapa? Karena baik di Museum Doraemon maupun Museum Ghibli ini area bebas berfoto yang sangat menarik wisatawan justru di rooftop-nya. Kami antisipasi antrian panjang pengunjung lain yang juga ingin berfoto aja sih. Males juga kalau hasil fotonya banyak ‘photobomb’ 😛 Foto di atas ini saya ambil dari sisi yang tidak biasa kalau mau berfoto dengan Robot Laputa, karena, saat tiba di atas sudah cukup banyak antrian. Baru deh foto di bawah ini diambil tepat dari depan Laputa, dan ngantriiii. Jadi, sementara Achik mengantri, saya minta difotoin dari sisi lain dulu, haha bener-bener deh 😆

IMG_20180506_154158_HDR

Anaknya gak ngerti 😛 *mama aja gak terlalu paham, Mas 😛

Area rooftop-nya tidak seluas di Museum Doraemon ternyata, malah bisa dibilang sangat sempit. Awalnya bayangan saya rooftop tempat Robot Laputa berdiri ini akan sangat luas, imajinasi membawa saya kembali ke scene filmnya (Castle in the Sky) bahwa areanya sangat luas sekali. Meskipun demikian, cukup mewakili khayalan negeri dongeng sih 😉

IMG_20180506_154709_HDR

Kaan… Ada ‘photobomb’-nya 😥

Puas keliling dan foto-foto di atas (karena gak terlalu luas juga) kami langsung menuruni tangga, ada sebuah tangga memutar yang langsung menghubungkan dengan area dalam (inti) museum. Itu anak saya udah ganti kostum, hahaha pakai baju Totoro sejak dari apato sampai museum kesorean keburu lusuh 😆

Kegiatan apa saja yang bisa dilakukan di dalam museum? Ya tentu lihat-lihat 😀 Banyak karya-karya Hayao Miyazaki ditampilkan. Ada pemutaran film singkat, saya lupa pastinya, tapi kalau tidak salah setiap 30 menit sekali. Saya nonton? Tentu tidak 😆 Kata takut gelap, belum pernah ada pengalaman nonton di bioskop jadi bisa ditebak dia bakal nangis. Emang sih saya awalnya tetep keukeuh antri dulu aja pengen nonton juga 😥 eh baru aja masuk ruangan si Kata langsung cranky minta keluar. Lagi-lagi jadi emak-emak kalau wisata mah emang ga bisa egois kan, kenyamanan anak no.1 (kenyamanan pengunjung lainnya nomor selanjutnya 😛 ).

IMG_5007

Area luar theater

Begitu exit theather langsung berasa masuk dimensi lain (waduh serem amat) hahaha. Maksudnya, area tunggu di luarnya aja bagus banget, beneran suasananya seperti di film-filmnya Ghibli. Selama menunggu Arki dan Achik yang lagi nonton film, saya dan Kata nunggu di sini, anaknya kalau di area outdoor gini sih seneng-seneng aja. Foto diatas diambil Arki (bukan Kata lah 😛 ) ketika pemutaran film di theater sudah selesai.

IMG_5018

Kok kayaknya mellow bener 😳

IMG_5027

Museum ini juga tergolong keren menurut saya. Hehehe kayaknya dari sekian banyak museum di Kanto Area yang saya kunjungi selama stay di Jepang kemarin semua memiliki keunikan tersendiri, manajemen yang bagus, dan tema-tema yang menarik, dikemas secara profesional dan jarang sekali yang mengecewakan pengunjungnya. IMHO yaa… Museum Ghibli sendiri cukup merepresentasikan apa yang ditampilkan dalam film karya Hayao Miyazaki. Yang melabeli diri sebagai fans Ghibli saya yakin gak akan kecewa berkunjung ke museum ini. Saya yang gak suka-suka amat aja terkesan sama isinya 🙂

Dia girang maen aer 😆

Saya dan Arki tidak terlalu lama berada di bagian dalam museum, kalau Arki karena sudah pernah dia udah cukup puas. Kalau saya rempong yes sama anak, Kata gak terlalu betah ada di dalam, selain pencahayaan yang redup, di dalam museum udah puadat pengunjung, jadi agak sesak memang, gak nyaman dia. Makanya saya hanya lihat-lihat sekilas aja lalu keluar. Sementara Achik lebih lama di dalam, maklum sih, namanya “naik haji” buat dia 😛 Harus puas dulu thawaf di dalam kan. Selanjutnya kami santai-santai aja di sekitar cafe dan resto (gak lupa foto-foto 😛 )

IMG_5000

Cafe

IMG_4976

Sambil nunggu pesenan jadi

IMG_4990

Yeee dia aus minta mimik! 😆

IMG_4997

Oiya, souvenir shop juga ada, dan bisa aja foto-foto, tapi percayalah, museum ini jarang sepi pengunjung. Selesai menikmati isi museum otomatis pengunjung bakal menyesaki toko oleh-olehnya, boro-boro mau ambil foto, mau napas aja kayaknya eungap 😛

IMG_20180506_163642_HDR

Book store

Di dalam souvenir shop juga ada book store-nya, isinya lucu-lucu sih kebanyakan buku dongeng anak gitu, tapi…. pakai kanji Jepang! Hahaha saya gak masuk sini, foto diatas diambil papanya Kata waktu Bebe (panggilan Kata untuk Achik) lagi lihat-lihat buku sama Kata. Kayaknya ga nemu buku yang berbahasa Inggris (apalagi Indonesia 😛 ).

Buat yang nge-fans banget sama Studio Ghibli dan berkunjung ke museum ini, saya saranin wajib untuk belanja, hahaha ya spare yen lah untuk setidaknya membeli beberapa items di sini. Karena tidak seperti Doraemon, pernak-pernik Ghibli (Totoro dan kawan-kawan) sangat sulit di dapatkan di luaran. Kalaupun ada, harganya mahal. Di toko 100yen-an Jepang, jelas ga akan nemu si Totoro ini. Saya beberapa kali nemu pernak pernik Totoro itu di mall-mall besar, atau toko souvenir yang dari segi harga sama mahalnya kayak kalau belanja di official souvenir shop dalam museumnya. So mending beli di museumnya langsung, pilihannya beragaam dan lucuk-lucuk! 😉

Sekian perjalanan kami di hari terakhir libur Japan Golden Week, hari itu judulnya wisata bersama Totoro 😉 Hari itu juga terakir Achik jalan-jalan di Jepang, karena lusnya dia sudah harus balik Jogja, besoknya harus siap-siap packing dong. Hihihi.

Terimakasih sudah mampir ya, sampai jumpa di postingan jalan-jalan di Jepang saya lainnya. Semoga bermanfaat! 😉

IMG_4862.JPG

Sayonara!

Mainstream, tapi wajib: MUSEUM DORAEMON!

“No matter how your heart is grieving, if you keep on believing, that dreams that you wish will come true.”

IMG_4243.JPG

Doraemon itu lekat banget sama masa kecil saya (dan mungkin kalian-kalian yang seumuran, atau tuaan atau mudaan dikit dari saya 😛 ), favorit! Kalau sudah tiba hari minggu, bangun lebih pagi dengan sukarela, lebih pagi daripada hari sekolah mungkin yang bangunnya digubrak-gubrak emak dulu. Demi apa? Demi untuk marathon nonton film kartun di RCTI dan beberapa stasiun televisi swasta lainnya. Kalau saya, ketinggalan kartun lainnya sebelum jam 08.00 pagi gapapa, yang penting jam 8 teng harus udah standby di depan TV. Kadang udah mandi, seringnya belum. Dan gak boleh ada gangguan dari nyokap, apapun harus ditunda. Ah, benar-benar masa kejayaan. Betul apa benar? 😆

Tapi saya gak fanatik banget juga. Koleksi ke-doraemon-an saya waktu kecil sebatas punya komiknya, beberapa boneka, buku dan alat tulis sekolah yang udah, lewat gitu aja. Siapa sangka, 2 dekade kemudian, iya butuh 20 tahun dulu, berkesempatan mengunjungi tokoh-tokoh impian masa kecil dalam satu tempat! Dan bersama keluarga kecil saya. Unexpectedly. Alhamdulillah… ❤

IMG_4133

Caution: The next following stories will also full of pictures! I can’t help myself to took pictures here and there, here again and there again. Gosh, I was really happy that day! ❤ ❤

Kalau beberapa kali trip sebelumnya di periode Japan Golden Week 2018 ini bisa digolongkan hosting adek ipar saya (Achik) yang lagi visit Japan karena kebanyakan mewujudkan beberapa wish list ke-Jepang-an dia (pun saya sih senang-senang saja 😀 ), kali ini gantian Arki, Achik dan Kata yang ikut mewujudkan impian masa kecil saya! *haru* Nemenin buibuk (gak terlalu muda) heboh kegirangan ketemu banyak karakter Doraemon dan kawan-kawannya. Oh my… my day dreaming was coming true!

“If you carry your childhood with you, you never become older.” – Tom Stoppard

IMG_4144

Konichiwa, Doraemon! 🙂

IMG_4148

Ya ampun, itu ya, saya sampe niat banget nyari tas anak sekolah Jepang, yang modelan kotak gitu loh. Biar ala-ala Shizuka saya cari warna pink! Gemes amat. Walau jatuhnya jadi aneh sih di saya, ya emak-emak keleusss gimana dong, pokoknya pengen punya aja 😆

Berlokasi tidak terlalu jauh dari apato kami, naik KRL dari Stasiun Chogo turun di Stasiun Mukogaoka-Yuen sekitar 1 jam, lanjut naik bus sebanyak 4 pemberhentian kurang lebih 5 menit, dengan total ongkos transport sekali jalan per-orang sekitar ¥600 (atau 80 ribu-an rupiah). Jelas, buat saya WAJIB BERKUNJUNG ke sini 😆

IMG_20180504_120834_HDR

Welcome to Fujiko F. Fujio Museum!

IMG_20180504_120825_HDR

Fujiko F. Fujio Museum Bus Stop

Oiya, kalau yang mau wisata ke sini dan stay di area Tokyo, mending turunnya di Stasiun Noborito (beda 1 stasiun dengan Mukogaoka-Yuen). Kenapa? Karena bus-nya lucuuuu! Iya, coba deh browsing di youtube, para youtuber yang nge-review Museum Doraemon kebanyakan turun di Stasiun Noborito dan lanjut naik bus yang desain interior ataupun bagian luarnya penuh gambar-gambar Doraemon. Kalau dari Stasiun Mukogaoka-Yuen bus-nya standar. Kenapa saya gak coba turun di Stasiun Noborito saja? Soalnya… ya lebih jauh, ongkosnya juga nambah dan pertimbangan lainnya. Tapi gak masalah juga sih, begitu turun di depan museum, saya juga tetap bisa lihat bus-bus yang datang dari arah Stasiun Noborito. Kayak gini bus-nya:

Gak kaya cerita saya sebelum ini saat ke Shin-Yokohama Ramen Museum, ke Museum Doraemon sangat terencana. Arki udah beli tiket jauh-jauh hari sebelum Achik datang. Iya, beli tiketnya online, booking online terus bayar di konbini (lawson/family mart) gitu. HTM-nya ¥1000/adult (sekitar Rp. 140.000) atau ¥500 untuk anak-anak di atas 3 tahun. Kata jelas gratis 😛 Kalau tidak salah, museum ini tidak menjual tiket on the spot, biasa sih, beberapa museum/tempat wisata di Jepang memberlakukan sistem seperti itu. Jadi kalau-pun terjadi antrian di lokasi bukan mengantri tiket tapi antri masuk. Sepertinya selain bagian dari kebijakan museum juga untuk menghindari pengunjung yang kehabisan tiket padahal udah jauh-jauh dateng. Emang udah paling bener deh, kalau mau wisata ke tempat-tempat baru apalagi luar negeri (di luar lingkungan kita) perbanyak browsing dulu aja. Biar gak gigit jari kebanyakan kecewa 😆

IMG_4071

Antri mau masuk museum

Kami tiba di sana sekitar setengah 8 pagi, keluar apato jam 7 kurang, pokoknya udah antisipasi kalau bisa datang se-pagi mungkin karena sudah hari-hari terakhir libur Japan Golden Week makin khawatir pengunjung super mbludak. Pas turun dari bus, benar saja…. antrian udah cukup panjang, perasaan udah berangkat puagi banget (itungan bawa toddler loh ya) ternyata masih kalah pagi sama orang-orang Jepang ini (luar biasa!). Nyambung urusan per-tiket-an tadi, iya saya sepertinya tidak lihat ada loket penjualan tiket deh, ya gak nanya juga sih atau kurang observasi. So, udah paling bener, beli tiketnya online aja.

IMG_4235

Bookingan tiket online ditukar dengan ini di pintu masuk

Saya agak bertanya-tanya juga saat itu, kok udah 15 menit mengantri, antrian gak maju-maju, malah makin panjang karena pengunjung terus berdatangan. Mulai gelisah. Hahaha iya aselik saya gak sabar banget hari itu, pengen cepet masuk! Terus gelisah kebanyakan pengunjung jadi ga bisa foto-foto kece (teteppp 🙄 ). Ternyata, baru inget! Jam buka museum emang jam 8 pagi. Terlihat juga dari luar para pegawai dan sekuriti sedang bersiap-siap menyambut para pengunjung yang akan wisata hari itu. Sesi menunggu ini, walau membuat tidak sabar tapi sangat tidak membosankan juga. Dari luar udah mulai senang girang lihat miniatur karya Fujiko F. Fujio yang imut-imut.

IMG_4066

Doraemon featuring Dorayaki

IMG_4068

Roti Memori!

IMG_4076

Fujiko F. Fujio’s girls squad: P-Girl, Shizuka, Dorami! ❤

Ini belum masuk aja ceritanya udah panjang banget yaaa…… Monmaap, kali ini super excited jadi udah cerita bakal panjang, foto bakal banyak. Semangat! 😛

Bagitu pintu masuk dibuka, tidak langsung semua pengunjung bisa masuk. Tetap ada jeda menunggu. Dari pintu masuk pertama, pengunjung akan masuk ke dalam ruangan kaca. Kayaknya dibatasi setiap 20 orang, kalau sudah penuh, pintu masuk pertama ditutup lagi, lainnya nunggu di luar (gak lama kok, sekitar 5 menit lah). Yang di dalam ruangan kaca ngapain? Jadi setiap pengunjung, sebelum melewati pintu utama masuk museum akan diberi penjelasan dulu sama pegawainya. Mengenai apa saja yang akan dilihat di dalam, museum terbagi dalam berapa ruangan. Tata cara dan larangan-larangan. Pokoknya tertib deh.

IMG_4083

Gemes amat seragam pegawai-nya 😆

IMG_4085

Mbak-nya lagi ngasih pengarahan dalam Bahasa Jepang *sini manggut-manggut aja pura2 ngarti 😆

Pegawainya akan ngomong dengan Bahasa Jepang ya. Loh saya ngerti? Enggak dooong… Hahaha kalau tidak salah ingat, pengunjung juga diberikan selebaran gitu (available in Eigo – English), nah kayanya pegawai membahas selebaran itu kok. Dalam ruangan kaca itu juga, setiap pengunjung dipinjamkan sejenis handy talkie. Untuk apa? Untuk dengerin penjelasan mengenai isi museum khususnya apa saja yang ditampilkan dalam exhibition room. Nanti tinggal pencet-pencet aja tombol yang ada di handy talkie sesuai arahan informasi yang ada di setiap objek museum.

IMG_4270

Kayak gini tampilan handy talkie-nya (plus model) hahaha, saya lupa gak sempat foto handy talkie-nya doang.

IMG_4267

Gaya kali kau, Mass 😛

Museum ini terdiri dari 3 lantai (kalau gak salah – lupa lupa inget sis 😛 ). Di lantai pertama, begitu selesai diberi pengarahan oleh pegawai di ruangan kaca, pengunjung bisa langsung ke exhibition room dan memanfaatkan teknologi si handy talkie yang saya ceritain barusan. Dan kalau tidak salah juga, di lantai ini ada larangan mengambil foto dan video. Eits, tapi kalau mau lihat-lihat kayak apa sih exhibition room in Fujiko F. Fujio Museum itu, monggo sekalian aja mampir ke website-nya, di situ malah juga udah lengkap berbagai informasi yang kamu butuhkan (jadi gak usah panjang-panjang baca pengalaman kegirangan saya di museum ini *ngikik 😆 )

Terus exhibition room ini tenang banget. Ya orang-orang juga pada fokus mendengarkan handy talkie. Jadi memang sebaiknya jangan membuat kegaduhan di lantai ini, hal yang sangat sulit dihindari Kata 😆 Makanya saya juga gak terlalu nyaman di sini, selain Kata gak betah karena suasananya agak remang, saya juga ga enak dengan pengunjung lainnya takut mengganggu konsentrasi dan kenyamanan mereka juga kan. Jadi agak masuk akal juga, kalau di lantai ini sedikit sekali saya jumpai anak-anak di bawah 3 tahun. Isinya orang-orang dewasa atau ya pelajar-pelajar gitu. So, saya juga hanya skip-skip aja selama di exhibition room, harus puas dengan sekedar melihat-lihat hahaha ya gapapa juga. Gak bisa berharap banyak dong kalau pergi sama anak balita yang lagi aktif-aktifnya, masa mau menikmati museum dengan ketenangan? Ya gak mungkin lah 😛

Lalu di lantai 2, saya nyebutnya sih lebih ke indoor playground ya. Nah, di sini baru deh anak-anak bebas berekspresi 😛 Di lantai ini terdapat People’s Plaza, Manga Corner, Kid’s Space, dan Theater. Dari pembagian nama ruangannya aja udah kebayang riuhnya area ini kan? 😛

IMG_4287

Manga Corner

Lantai 3, the most favorite place in Fujiko F. Fujio Museum: Rooftop Playground! Foto-foto yang banyak beredar di internet ya di area ini. Di sini pengunjung jelas bebas berfoto ria. Beberapa bayangan dari masa kecil saya manakala menyaksikan kartun Doraemon si robot ajaib, sampe-sampe sangat berharap ada di kehidupan nyata, ada di sini. Lapangan bermain tempat Nobita dan kawan-kawan terpaksa mendengarkan konser nyanyi Giant, pintu kemana saja, ‘bertemu’ dengan Doraemon dan Dorami, nyemplungin Giant ke sumur 😆 Sampai menunggangi Brontosaurus dengan rasa bahagia. Semua-terwujud-di sini. ❤

IMG_4094

Rooftop Playground

Nah… Itu sekilas penjelasan mengenai pembagian area museum. ((( SEKILAS – padahal cerita udah panjang bener masih dibilang SEKILAS 😛 ))). Jadi, mulai di paragraf ini baru deh saya mau berbagi pengalaman kami Mei lalu berkunjung ke sini. Kami ke Museum Doraemon ini awal Mei (tanggal 4), udara mulai menghangat tapi masih dalam rentang periode musim semi. Enak. Matahari cukup cerah tapi gak kepanasan, suhu berkisar antara 19-20 derajat.

Pintu kemana saja! *tingtung tingtung*

Dari malamnya, kami sudah mengatur strategi. Karena jelas tujuan utama saya ke Museum Doraemon mau foto-foto di Rooftop Playground (saya udah gak ambisi bisa menyerap informasi museum sebanyaknya yang berada di exhibition room karena bawa Kata), dan saat itu masih dalam periode libur Japan Golden Week tetap aja khawatir padat pengunjung kan. Maka malamnya Arki bilang, “Besok, begitu masuk museum, kita langsung melesat aja ke lantai 3 (rooftop playground), foto-foto di atas sepuasnya, baru turun bertahap ke lantai bawahnya. Jadi rute-nya dibalik”. Harapannya, belum terlalu banyak pengunjung yang ke atas untuk foto-foto juga.

IMG_4228

Eng Ing Eng! Mau foto sama pemeran utama (baca: Doraemon) baru setengah 9 udah antri segini 😀

Pas sampai rooftop, eng… ing… eng… ternyata bukan kami doang yang punya pemikiran kayak gitu! *ngakak* 😆 Sudah cukup banyak juga pengunjung yang sampai di roooftop (kayaknya pengunjung yang antriannya di depan kami — di pintu masuk museum — tadi deh). Walau tetep sih, masih kondusif. Karena pas perjalanan ke rooftop, di lantai 1 kami melihat gerombolan pengunjung memadati exhibition room, jadi asumsinya memang mereka rute berurut dari lantai 1- 2 – 3. Syukurlah, walau tetap mengantri untuk ambil foto dengan objek-objek di rooftop masih terkendali dan gak terlalu padat.

IMG_4293

Giant ganteng amat di sini 😆

Ini sumur Giant 😆 Pengunjung bisa menjungkit tongkat yang ada di pinggir sumur sampai Giant muncul keluar dari dalam sumur. Kalau udah mentok, lalu jungkit dilepas, perlahan Giant akan kecebur sumur lagi. Si Kata awalnya takut-takut lama-lama dia jahat hahaha kesenengan nyemplungin Giant ke sumur -__-

IMG_4207

Dorami!

Selain Doraemon, museum ini juga menampilkan hasil karya sang kartunis yang lainnya. Makanya dinamakan Fujiko F. Fujio Museum dan bukan Museum Doraemon, walau memang lebih terkenal dengan sebutan Museum Doraemon. Saya sendiri pun tidak terlalu notice dengan karya-karya Fujiko F. Fujio lainnya selain Doraemon. Ya jaman masih anak-anak mah kan gitu. Gak perduli (gak paham) siapa yang nyiptain, pokoknya meng-klaim diri suka (ngepens dah gitu) sama Doraemon. Malam sebelum kunjungan sempat browsing dan akhirnya tau beberapa karya lain sangkartunis yang ternyata cukup familiar dengan masa kecil saya, dulu sering banget juga nontonin beberapa kartunnya yang disiarin di TV kayak Mojacko, Ninja Hattori dan P-Man.

IMG_4182

Little Ghost Q-Taro

Little Ghost Q-Taro, gak pernah tau sampai akhirnya berkunjung ke museum ini. Seingat saya, kartun ini gak tayang di Indonesia deh ya?

IMG_4190

Hantu imut selain Casper. Q-taro 😛

IMG_4212

Kiteretsu Daihyakka, ini juga sama, baru tau setelah berkunjung ke museum ini. Hahaha. Lucuk gemas.

“P-Man.. P-Man.. P-Man.. namanya P-Man.. P-Man..” – you sing you lose! Hahaha hayo siapa yang bacanya sambil nyanyik? P-Man juga salah satu kartun favorit saya minggu pagi. Dulu kalau gak salah tayang pukul 07.30 tepat sebelum Doraemon. Dan, lagi-lagi baru tau kalau P-Man dan Doraemn hasil karya kartunis yang sama. Hihh kemana aja deh 😆

IMG_4273

Konichiwa, P-Man…!

Oiya, di area rooftop ini saya gak expect ada souvenir shop, karena pas browsing  malamnya, souvenir shop Fujiko F. Fujio Museum ini terletak di lantai 1. Tapi kok di rooftop juga ada? Iseng saya sempatkan mampir untuk lihat-lihat. Kecil sih hanya sepetak ruangan 5×3 meter gitu dan isinya kebanyakan jualan makanan dengan tampilan khas karakter Doraemon. Ada kue dorayaki, permen, bolu, crackers, coklat dll. Harganya? Gak murah 😛 Saya gak ikutan beli, soalnya kok males kalau cuma beli makanan yang sekali habis ga ada kenang-kenangannya. Niatnya nanti aja pas lihat-lihat souvenir shop yang di lantai 1. 😀

IMG_4233

Ada yang lagi fokes mantau beverages price list 😆

Puas foto-foto, si Kata juga udah kelihatan agak lelah yaudah kita istirahat aja dulu. Buka bekal yang dibawa, makan (tetep emak hemat 😛 ). Di atas, walau suhu 20-an °C tapi mataharinya terik, jadi kurang nyaman kalau mau duduk-duduk agak lama, apalagi lama-kelamaan pengunjung juga makin banyak kan.

IMG_4257

Setelah makan siang 😆

Yaudah kami langsung turun aja ke lantai 2-nya. Eits… Pas mau turun ke lantai 2 kan ada mbak pegawai tuh, ditegor dong kami. Dengan Bahasa Jepang yang campur Inggris, tapi lumayan lah bisa dipahami maksut mbaknya. Ditegor karena, kami bawa handy talkie sampai ke rooftop! Ternyata ini tidak diperbolehkan ya pemirsa…. Kami gak tau *monmaap*. Ya makanya memang rute yang dianjurkan itu dari lantai 1 – 2 – 3. Karena di lantai 1 dan 2 pengawasan pegawai cukup ketat (banyak pegawai berkeliaran jaga-jaga). Handy talkie hanya diperbolehkan digunakan selama di lantai 1. Begitu pengunjung hendak menaiki lantai 2, ada pegawai bertugas di depan pintu indoor playground yang mengumpulkan si handy talkie tersebut. Karena di lantai 2 dan 3 sudah tidak dibutuhkan handy talkie dan memang karena areanya lebih “bebas” mungkin agak susah mengontrol handy talkie tersebut. Wekekekek. Yang ini jangan ditiru ya. 😳

Kami dapat 3 handy talkie, untuk saya, Arki dan Achik. Punya saya dan Achik kami kembalikan, karena saya dan Achik udah gak berminat fokes mendengarkan informasi di exhibition room. Tapi Arki mohon ijin sama pegawainya, karena kami belum ke lantai 1 dia ijin mau pinjam 1 handy talkie untuk dia gunakan di lantai 1. Boleh sih, gapapa. Kan yang penting jujur aja . Mbaknya juga ramah banget. Alih-alih mengurangi rasa bersalah kami, kami minta foto sama mbaknya (Loooh… ape hubungannya maleeehh? 😛 ).

IMG_4140

Ciyee Kata malu ya Mas, ditegor sama Onechan gegara masih bawa handy talkie 😛

Oke, eksplorasi-pun dilanjutkan ke lantai 2 dan 1. Saya, Achik dan Kata lama berada di lantai 2. Karena indoor adem kan ruangan ber-AC. Banyak yang bisa dilihat dan dimainkan Kata juga disini. Tempat duduk-duduk, kid’s space, dll bikin nyaman. Kami mager jadinya ke lantai 1. Sementara Arki, setelah selesai tugasnya moto-motoin kami :mrgreen: selama di lantai 2, dia turun sendirian ke lantai 1 katanya mau lihat-lihat dan memanfaatkan pinjaman di handy talkie tadi, biar gak rugi lah gitu. Nanti kami menyusul dan ketemu di lantai1.

IMG_4275

Kenapa kamu cranky…? Kok kayak Kata sih 😆

IMG_4283

Fujiko F. Fujio dan “anak-anak”-nya

IMG_4304

People’s Plaza

IMG_4295

Ngapain, buuk? 😆

Lantai 2 juga sangat menghibur, banyak permainan edukatif di sini. Interaksi sesama (anak-anak) pengunjung, dan sebagainya.

Di lantai 1 benar saja, karena areanya cukup remang Kata gak betah, dan berisiikkk banget, karena udah mulai lelah juga jam bobok siangnya dia jadi mulai rewel. Saya gak lama eksplor lantai 1, lalu keluar. Selama Kata masih bisa di handle, saya minta ijin mau masuk ke souvenir shop. Ini juga wajib bagi saya. Saya tau, di Jepang, segala macam dan bentuk ke-Doraemon-an berserakan dimana-mana. Di toko-toko mainan, stasiun, toko pinggir jalan, toko suvenir Jepang bahkan di konbini guampang banget nyari Doraemon mah. Cuma ya gimana, biar sah aja gitu, saya tetap ingin ada yang saya beli di sini. Dan… pas masuk. Langsung kalap mata, eits dompet harus tetap waras ya 😛 Karena harga perintilannya jelas jauh lebih mahal daripada yang dijual di luar namun tentu, lebih orisinal dan lucuk! Banyak barang-barang yang di jual di sini ga ada di luaran, walaupun tetap sama-sama ada Doraemonnya. Otentik.

Selesai deh perjalanan kami. SAYA SANGAT SENANG DAN PUAS. Ya Alloh gimana ya, mau dibilang lebay juga gapapa. Anak saya, Kata, walaupun dia gak ngerti apa-apa dan itu karakter kartun apa aja, dan semisal nantinya belum tentu ingat setiap memori perjalanan kami di jepang karena umurnya yang masih di rentang 2 – 3 tahun, gapapa. Pictures speak 😊

IMG_4214.JPG

“Your children get only one childhood. Make it memorable”

Last but not least: Arigatou Gozaimashita Fujiko F Fujio, for making sweet memories on my childhood! Thank you hasbæn for making one of my (childhood) dream comes true! ❤

Previous Older Entries Next Newer Entries

Carousel Of Memories

A Blog By Rahne Putri

titiw.com

-- a walk down of my memory lane --

CINTA RUHAMA AMELZ

-- a walk down of my memory lane --

Tuesday Notes

Before all will be gone, i write. So that it will be unforgotten.

ANDRA ALODITA - Life, Beauty & Travel Journal

-- a walk down of my memory lane --

Here, sit with me.

-- a walk down of my memory lane --

Opera Aksara

Kata adalah pengendali realita

Arkithesuperhero's Weblog

Just another WordPress.com weblog

miund.com

-- a walk down of my memory lane --

ideku handmade

-- a walk down of my memory lane --

kamera-kecil

-- a walk down of my memory lane --

et cetera

-- a walk down of my memory lane --

KepikdanJangkrik

-- a walk down of my memory lane --

Blog Agus Mulyadi

-- a walk down of my memory lane --

odiliARTS

Namaku Odilia Rengganis Tyaga Subiantoro. Ini catatan tentang aku.

moda obscura

-- a walk down of my memory lane --